Showing posts with label reflection. Show all posts
Showing posts with label reflection. Show all posts

Thursday, December 17, 2015

Mengenal Higly Sensitive Person (HSP) (part1)

Judul artikel yang tidak pernah terbayang sama sekali bagi saya untuk menuliskannya. Saya baru saja mengetahui istilah tersebut hari ini ketika saya mencoba mencari tahu adakah hal yang salah dengan terlalu mudah menangis dan menjadi perasa, serta bagaimana cara memperbaikinya. Ketika saya melakukan googling, saya tertarik dengan istilah Highly Sensitive Person (HSP) dan mulai mempelajari beberapa hal menarik mengenai HSP. Tidak terlalu banyak artikel dalam bahasa indonesia yang menuliskan mengenai HSP. Semoga apa yang saya tulis ini bisa membantu teman-teman yang mungkin saat ini juga sedang bertanya-tanya adakah hal yang salah dengan menjadi perasa :)

Artikel ini bukan bertujuan untuk mencari pembenaran diri dari menjadi orang yang perasa, dan mudah tersinggung. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tentu setiap orang perlu berproses untuk terus berusaha mengevaluasi diri dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 


"Our sensitivity is a part of who we are as people. It is what makes us loving and affectionate. It is why we care so much about others and often do what we can to make people happy. Without this quality, we would be completely different people. Being a Highly Sensitive Person definitely has its struggles, but it can also be a wonderful gift and honestly we wouldn’t have it any other way"
"Perasaan sensitif adalah bagian yang kita miliki sebagai manusia. Itu adalah hal yang membuat kita mencintai dan menyayangi. Hal inilah yang membuat kita sangat peduli terhadap orang lain dan seringkali hal tersebut membuat kita mencoba melakukan sesuatu agar orang lain bahagia. Tanpa kepekaan dan sensitivitas tersebut, kita akan menjadi orang yang berbeda. Menjadi seorang HSP tentunya memiliki pergumulan dan perjuangannya sendiri, namun hal tersebut  dapat kita anggap sebagai sebuah hadiah  dan kesempatan yang luar biasa yang dapat kita miliki" 


Perlu menjadi catatan dan perhatian kita bahwa menjadi HSP bukanlah kelainan dan abnormal. Tidak ada hal yang salah dengan menjadi peka dan sensitif, kita hanya perlu mengenali hal yang menjadi kekurangan dan kelebihannya serta bagaimana mengelolanya. 

Ciri-Ciri dari Highly Sensistive Person (HSP)
Berikut adalah beberapa ciri dari HSP yang dari beberapa artikel yang saya baca:
  1. Orang lain cenderung mengatakan kepada Anda, bahwa Anda terlalu sensitif, terlalu emosional, terlalu sering mengandalkan perasaan, dan menganggap/memikirkan hal-hal terlalu personal (take things too personally)
  2. Mudah sekali menangis
  3. Anda merasakan perasaan orang lain bahkan sebelum orang tersebut menceritakan perasaan yang mereka rasakan :)
  4. Hal-hal negatif mempengaruhi Anda (Negativity overwhelms you). Ketika orang lain dapat mentolerir nada/intonasi yang tinggi atau kemarahan, hal tersebut membuat Anda 'sakit' atau merasa tidak nyaman. Anda menginginkan kedamaian dan ketenangan 
  5. Anda merasa tidak nyaman ketika hal-hal terjadi di luar kendali Anda
  6. Suasana hati Anda dapat berubah sewaktu-waktu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh suasana hati, emosi dan persoalan yang dialami orang lain
  7. Anda sangat intuitif dan bisa merasakan jika seseorang berbohong atau jika ada sesuatu hal yang salah
  8. Anda berusaha untuk selalu menyenangkan orang lain ("people pleaser") dan hal ini menjadi salah satu penyebab Anda sulit berkata "tidak" kepada orang lain
  9. Anda cukup perfeksionis dan merupakan orang yang memperhatikan hal-hal detail
Apa yang saya tuliskan di sini, belum mencakup semua dari ciri-ciri HSP, mungkin saya akan menuliskannya di artikel saya yang selanjutnya (sehingga ada alasan bagi saya untuk tetap terus menulis :D)

Mungkin sebagai seorang HSP seringkali kita merasa ada hal yang salah dengan diri kita menjadi terlalu sensitif dan mudah sekali menangis. Namun saya menemukan artikel di mana membuat kita harus mensyukuri bahwa kita termasuk di dalam golongan HSP. 
  1. Anda memiliki sifat empati yang alami
  2. Anda adalah orang yang tanggap
  3. Anda adalah orang yang berorientasi pada hal-hal detail
  4. HSP memiliki sikap dan sopan-santun di atas rata-rata
  5. Dan hal yang terpenting adalah "HSP are neurologically wired to be emotional and empathetic". You can't fight nature. It's so much better to embrace every aspect of your personality 
Jadi, apabila kita termasuk di dalam golongan HSP, maka jangan berkecil hati atau merasa putus asa dengan keberadaan diri kita. Mari kita terus memperbaiki diri dan memaksimalkan hal-hal yang menjadi kekuatan kita. 



Sunday, April 5, 2015

Belajar Setiap Kali Ada Kesempatan

Siang itu saya pergi ke sebuah kedai makan tidak jauh dari kantor. Ketika saya sedang menyantap makan siang saya, saya mengamati bahwa ada seorang bapak yang sedang memanggil satu persatu karyawan di kedai makan tersebut. Kemungkinan Bapak tersebut adalah Bapak pemilik kedai. Saya pun bertanya kepada pelayan di sana, dan benar bahwa beliau adalah pemilik tempat tersebut. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya apakah beliau ada waktu dan kita bisa berbicara. Beliau pun setuju untuk meluangkan waktu berbicara setelah menyelesaikan urusan pekerjaan beliau.

Saya hanya melontarkan pertanyaan sederhana, "Bagaimana ceritanya Bapak kog bisa memulai bisnis ini?" Bermula dari pertanyaan sederhana tersebut, Bapak tersebut menceritakan pengalamannya selama kurang lebih 1 jam:) Banyak inspirasi yang saya dapatkan dari cerita pengalaman beliau. Berikut adalah beberapa point penting yang saya dapatkan:

Sebelum memulai bisnisnya sendiri, beliau telah bekerja sebagai karyawan kurang lebih 20 tahun. Namun ketika bekerja pun, beliau tidak hanya asal bekerja. Salah satu prinsipnya adalah dalam jangka waktu maksimum 2 tahun beliau harus memberikan kontribusi dan hal tersebut dapat terukur dari  peningkatan jabatan/golongan. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu kunci sukses mencapainya adalah dengan "menjual diri". Apa yang beliau lakukan untuk "menjual diri"?
Beliau mengamati di zaman itu, apabila seseorang ingin mengajukan kredit, orang tersebut harus mengisi kurang lebih 20 lembar form, dimana form tersebut nantinya harus dimasukkan lagi di database, sehingga merupakan pemborosan kertas, waktu dan tenaga. Beliau pun mencoba meringkas keseluruhan form tersebut menjadi tinggal 1 lembar saja. Pihak manajemen pun menghargai ide beliau dan sejak saat itu, ketika melakukan survey, staff di bank tersebut hanya perlu membawa 1 lembar form tersebut.

Hal lain yang beliau lakukan untuk "menjual diri" adalah dengan memberikan prospek (ini istilah saya sendiri, saya agak lupa apa istilahnya di dunia perbankan) setiap hari untuk disetujui oleh atasannya. Sementara rekan-rekannya baru mengajukan setiap 2-3 hari sekali. Tentu saja nama beliau menjadi diperhatikan oleh atasan, karena namanya muncul terus di kertas pengajuan tersebut, sedangkan nama rekan-rekannya tidak setiap hari muncul.

Definisi kesuksesan menurut beliau adalah ketika seseorang berani keluar dari zona nyamannya. Ketika berada di puncak karirnya, beliau memutuskan untuk keluar dan merintis usahanya. Beliau menjelaskan apabila bekerja sebagai karyawan, ibarat sedang merawat pohon milik orang lain, buah yang dihasilkan adalah milik orang lain. Namun apabila memiliki usaha sendiri, ibarat kita sedang merawat pohon kita sendiri, buah yang dihasilkan pun milik kita sendiri.
Ketika sedang melakukan inspeksi, beliau meminta karyawannya untuk duduk di kursi customer dan mengamati sekeliling, apa yang masih kurang baik dan perlu ditingkatkan karena hal tersebut mungkin tidak terlihat apabila dilihat dari tempat karyawan tersebut bekerja.

Tidak hanya cerita seputar pekerjaan dan bisnis yang saya dapatkan, namun juga pembelajaran seputar kerohanian. Ketika saya bertanya beliau ke gereja mana, beliau menjawab "gereja di Surabaya" dan menanyakan kepada saya pernahkah saya mendengar nama gereja tersebut.
Beliau pun menjelaskan, bahwa di ketika Paulus menuliskan surat untuk jemaat di Filipi, Korintus, Kolose, Paulus selalu menyebutkan nama kotanya, dan bahasa inggris untuk kata jemaat adalah church. Jadi itulah alasan beliau menyebutkan bahwa nama gerejanya adalah gereja di Surabaya.

Beliau juga sempat mengajarkan kisah Kain dan Habel. Umumnya kita diajari bahwa persembahan Kain ditolak karena Kain tidak sungguh-sungguh mempersembahkan yang terbaik. Namun yang menjadi alasan persembahan Kain tidak berkenan adalah karena korban persembahannya tidak mengandung unsur darah. Sama ketika tulah kematian anak sulung di Mesir, hanya rumah-rumah yang diolesi darah domba yang akan dilewati oleh malaikat maut.

Akhirnya perbincangan kami pun harus berakhir, karena beliau harus mengantarkan keponakannya ke ariport dan saya pun harus kembali ke kantor. Di hari itu, saya sangat bersyukur untuk inspirasi dan pembelajaran rohani yang saya boleh saya dapatkan. Kita dapat belajar kapan pun dan dari siapapun:)




Friday, March 20, 2015

Ujian yang Membawa Berkat

Beberapa tahun terakhir ini saya benar-benar merasa sedang menempuh 'ujian' di universitas kehidupan. Di sekolah, ujian adalah alat yang dipakai untuk menguji apakah seseorang sudah menguasai pelajaran yang telah dibagikan. Demikian juga di universitas kehidupan ini, ujian adalah alat untuk menguji apakah kita telah benar-benar menguasai sifat/keahlian tertentu yang ingin kita kembangkan/kuasai di dalam hidup ini.

Saya ingat betul permintaan saya di ulang tahun saya tahun yang lalu. Saya berharap menjadi pribadi yang lebih baik, sabar dan bijaksana. Sadarkah kita ketika kita ingin menjadi pribadi yang lebih sabar, maka ujiannya adalah kita harus menghadapi hal-hal yang menyebalkan dan kita harus belajar untuk tetap tenang, sabar dan bijaksana dalam menyelesaikan hal tersebut. Ketika saya ingin menjadi pribadi yang lebih sabar, maka konsekuensi yang saya harus terima adalah saya tidak boleh protes apabila dalam keseharian ada begitu banyak hal yang terasa begitu menyebalkan dan menguras emosi saya. Lah katanya ingin belajar sabar, kalau keadaannya aman, tentram dan damai, kesabarannya terbukti dari mana?
Saya akan dinyatakan lulus ujian kesabaran ketika situasi dan kondisinya begitu tidak mengenakkan dan menguras emosi namun saya tetap mampu tenang dan tidak terpancing emosi untuk menghadapi situasi tersebut.

Contoh real dari ujian kesabaran yang saya hadapi adalah menghadapi murid-murid yang (dalam versi saya) seenaknya sendiri, tidak ada motivasi untuk belajar (maunya main game terus), tidak mau nurut, dll. Kalau mau cuek dan diambil mudahnya, murid mau belajar atau tidak, mengerti atau tidak sih seharusnya saya tidak perlu ambil pusing. Kalau tidak mau belajar, ya tidak usah les, daripada les dengan terpaksa dan saya harus lelah fisik, perasaan dan pikiran untuk 'memaksa' anak ini untuk belajar. Namun dalam hal ini saya justru belajar banyak hal. Akan sangat mudah dan menyenangkan bagi kita para guru apabila mempunyai murid yang baik, penurut, dan rajin belajar. Kalau semuanya begitu indah, dan tidak ada tantangannya, keahlian diri apa yang sedang kita asah? Ketika kita menghadapi murid yang malas belajar, maka kita akan menjadi lebih kreatif, dan berpikir bagaimana supaya anak ini dengan senang hati untuk belajar? Bagaimana membuat pelajaran ini mudah dimengerti? dan yang lebih mendasar, bagaimana membuat anak ini untuk bersikap dengan lebih baik lagi? Tentunya kesabaran dan ketegasan saya menjadi lebih terlatih juga, karena saya tentunya tidak dapat berharap perubahan akan terjadi secara instan.

Demikian halnya dengan kebijaksanaan. Kita tidak dapat mengharapkan kita bisa belajar mengenai kebijaksanaan ketika hidup kita aman, tentram dan damai tanpa ada konflik atau tantangan yang dihadapi. Ada begitu banyak pergumulan yang terasa begitu berat dan menyakitkan, namun setelah itu semua terlewati saya beryukur sekali untuk pembelajaran yang boleh saya dapatkan.

Dalam sharing saya yang sebelumnya saya pernah menceritakan mengenai kebencian dan kepahitan yang saya alami terhadap orang-orang di lingkungan gereja. Saya dulu sempat berpikir bahwa orang-orang yang pelayanan dan orang-orang yang ke gereja tentunya orang-orang yang baik sehingga minim akan kesalahan. Ketika saya melihat dan mengalami sendiri bahwa orang-orang tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang tidak ke gereja, maka saya jadi mempertanyakan kenapa saya harus ke gereja, saya merasa dikecewakan oleh orang-orang tersebut dan saya berpikir tidak lagi ingin ke gereja. Namun melalui pergumulan yang cukup panjang (dan tentunya penuh dengan air mata), saya pun belajar, manusia tidaklah sempurna, manusia telah jatuh di dalam dosa, saya sendiri pun bukanlah manusia yang sempurna. Tuhan tidak bersalah apa pun sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk berhenti pelayanan, berhenti ke gereja, yang salah adalah pribadi manusianya. Walaupun mengalami hal-hal yang menurut saya tidak menyenangkan dan menyakitkan, saya sungguh bersyukur untuk pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga yang boleh saya dapatkan.

Masih ada kejadian lain yang saya rasa tidak menyenangkan buat saya, namun memberikan saya pembelajaran yang luar biasa. Mungkin seringkali di gereja kita menyanyikan "Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus selamanya". Benarkah ketika badai tersebut terjadi, kita tetap cinta Yesus? Hal kecil yang saya alami mengingatkan saya akan lagu tersebut. Seringkali hal-hal kecil, sakit hati dan gesekan dalam pelayanan yang terjadi membuat saya merasa ingin menyerah dan tidak mau berjuang lagi. Apalagi ketika yang berkepentingan juga tidak peduli dan ambil pusing. Namun seorang sahabat berbagi kepada saya "Saya lho 'disakiti', 'dimarahi' gpp, yang penting tujuannya tercapai dan Tuhan yang dimuliakan". Dia menceritakan bagaimana dia dimarahi, padahal yang seharusnya bertanggung jawab adalah orang lain. Ketika kita disakiti, dikecewakan, akankah hal tersebut akan membuat kita berhenti melayaniNya? Kondisi yang tidak nyaman, tidak mengenakkan adalah hal yang dipakai untuk menguji kita akankah kita tetap 100% memberikan yang terbaik?akankah kita tetap melayaniNya?apakah kita cuma melayani apabila semuanya mendukung? Ketika saya merasa ingin berhenti karena merasa lelah dan sakit hati, di saat itulah saya belajar bagaimana untuk boleh tetap terus melayani dan memberikan yang terbaik. Saya jadi menyadari, karena gesekan dengan saudara seiman yang sepele saja saya hampir berhenti pelayanan, padahal saya sering menyanyikan "Meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus selamanya", mana buktinya??? Situasi tidak mengenakkan dan tidak nyaman yang kita alami adalah moment yang dapat kita pakai untuk membuktikan kesungguhan kita dalam melayani Dia.

Terlalu banyak hal yang dapat saya ceritakan bagaimana ujian-ujian yang terjadi dalam hidup saya membuat saya memperoleh pembelajaran berharga (berkat), dan tentunya ketika saya berhasil melewati ujian tersebut berarti saya naik ke level yang selanjutnya, dimana sama seperti di sekolah, ketika naik kelas, maka pelajaran dan ujiannya akan disesuaikan dengan level yang selanjutnya.  Saya tidak perlu kuatir apabila saya naik ke level yang selanjutnya, karena saya tahu saya akan dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan yang cukup sebelum saat ujian itu tiba. Jadi, jangan takut apabila saat ujian itu tiba, karena kita telah dibekali terlebih dahulu sebelumnya dan hal tersebut PASTI membawa berkat bagi setiap kita.


Tuesday, August 26, 2014

We Are SPECIAL


Beberapa berita yang muncul beberapa pekan yang lalu membuat saya berpikir mengenai makna hidup di dunia ini dan tentunya menginspirasi saya untuk kembali menulis :) Beberapa kejadian tersebut adalah kematian Robin William dan permintaan seseorang bernama Ignatius Ryan untuk disuntik mati. 

Robin William merupakan artis yang sangat terkenal, bahkan film-film yang dibintanginya merupakan film-film yang dapat menginspirasi kehidupan kita. Sayangnya film yang dilakoninya belum cukup mampu untuk menginspirasi dirinya. 

Menjadi artis, meraih prestasi dan terkenal tidaklah menjamin seseorang merasa bahagia. Robin William ditemukan meninggal bunuh diri. Sebelum akhir kehidupannya, Robin William telah berjuang melawan kecanduan obat-obatan terlarang selama bertahun-tahun dan melawani perawatan akibat depresi.   



Pria ini bernama Ignatius Ryan Tumiwa. Ryan mengajukan permohonon materi kepada Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai keinginannya untuk suntik mati. Ryan merasa depresi karena ditinggal oleh kedua orang tuanya, tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki uang. Ryan bukanlah orang bodoh, di dalam fotonya terlihat Ryan memegang ijazah pasca sarjana dari Universitas Indonesia, salah satu universitas bergengsi di Indonesia. Kepandaian, tubuh yang lengkap dan kesehatan yang dimiliki tidaklah cukup untuk membuat Ryan bersyukur merasa dirinya SPECIAL. Padahal ada begitu banyak orang yang ingin mengenyam pendidikan di bangku kuliah, jangankan S2, S1 saja belum tentu bisa mereka raih, apalagi di Universitas bergengsi seperti Universitas Indonesia, namun apakah hal tersebut dapat dijadikan alasan untuk menyerah dan bunuh diri?


Dulunya saya merasa diri saya bukanlah pribadi yang special, tidak berharga dan tidak bisa melakukan apa-apa, padahal kalau dipikir-pikir ada banyak hal yang bisa saya syukuri dan banggakan dari diri saya :)

Beberapa hal yang menginspirasi saya dan membantu saya dalam menyadari bahwa saya berharga dan special antara lain adalah:



  • Sebuah ayat di Alkitab yang berbunyi: "Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku akan memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu" (Yesaya 43:4)
  • Sebuah lagu yang berjudul "When I say that I love you". Berikut penggalan liriknya
You feel that you're lonely
It doesn't prove that you are alone
You feel that nobody wants you
It doesn't mean that no one cares about you
Listen to the words i say, that I will always by your side
You mean everything to me, and I will never leave you
cause I love you so...
  • Sebuah puisi di dalam buku "Purpose Drive Life". Berikut penggalan isinya 
You are who you are for a reason
You are part of an intricate plan
You're precious and perfect unique design,
called God's special woman or man
...
you're just what He wanted to make


Bukan lingkungan, ataupun apa yang kita miliki yang membuat kita merasa berharga. Setiap diri kita pada dasarnya adalah unik dan special. Seringkali orang-orang berfokus pada kelemahan yang dimiliki dan tidak mau melihat dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki. Apabila hari ini Anda merasa tidak berharga, ingatlah Anda merupakan hasil perjuangan, sehingga akhirnya Anda berhasil tiba dengan selamat di dunia ini. Anda dilahirkan karena ada misi yang harus Anda selesaikan di dunia ini, Anda telah dipercaya untuk menyelesaikan misi tersebut. Percayalah "We Are SPECIAL"


Saturday, August 31, 2013

Tuhan, Engkau Adalah Sutradara yang LUAR BIASA (2)

Setelah 4 kebetulan yang sudah saya utarakan sebelumnya di artikel "Tuhan, Engkau Adalah Sutradara yang LUAR BIASA (1)" , masih ada beberapa 'kebetulan-kebetulan' lain yang sudah saya rasakan sampai saat ini. Berikut adalah lanjutan dari 'kebetulan-kebetulan' tersebut...

Ketika saya mengambil keputusan untuk off dari pekerjaan saya, saya tahu bahwa saya tidak akan memiliki penghasilan selama 7 bulan ke depan, atau paling tidak jika ada penghasilan pun, saya belum memiliki penghasilan yang pasti jumlahnya. Aneh bin ajaibnya (#kebetulan 5) di tahun 2012, sebelum saya memutuskan untuk off dari pekerjaan saya, seorang rekan dosen mengajak saya untuk mengajukan hibah penelitian. Hibah penelitian ini maksudnya adalah kami mengerjakan penelitian selama kurang lebih satu tahun dan kami mendapat bantuan dana dari DIKTI. Ternyata judul penelitian yang kami ajukan disetujui dan didanai oleh DIKTI, Dengan diterimanya hibah penelitian ini, paling tidak saya mendapat sedikit upah/gaji sebagai seorang peneliti, dan sedikit dana untuk menggantikan uang pulsa dan transportasi:)

Dan inilah puncak cerita yang membuat saya melakukan refleksi dan menjadi sumber inspirasi menulis saya. Hari ini, saya membuka kelas "Bagaimana MEMAKSIMALKAN Slide Presentasi Anda" di tempat usaha saya yang baru yaitu Cerdas Ceria Sukses Indonesia (sedikit promosi ^^). Brosur kegiatan tersebut baru kami bagi start di hari Senin, 26 Agustus 2013. Saya dan seorang staf saya hanya membagikan brosur tersebut di beberapa daerah yaitu Kendangsari, dan Jemursari dan brosur tersebut hanya kami bagi di hari Senin dan Selasa, karena Rabu saya ada kegiatan, hari Kamis libur karena bertepatan dengan Pilkada, dan hari Jumat saya rasa sudah terlalu mepet dengan pelaksanaan kegiatan. Sebelumnya kami juga sudah membagikan brosur di beberapa daerah sekitar ruko, tapi bukan brosur yang berisikan kegiatan tersebut. Brosur yang kami bagikan sebelumnya hanya berisikan bahwa telah dibuka sebuah bimbingan belajar dan info tentang facebook fanpage usaha kami.

Aneh bin ajaib yang berikutnya (#kebetulan 6) adalah tepat di pagi hari ini ada seseorang yang menelpon ke ruko, menanyakan brosur yang dia terima. Brosur yang diterimanya adalah brosur yang berisikan keterangan facebook fanpage dan tempat bimbingan belajar. Staf saya pun menjelaskan mengenai brosur tersebut dan menjelaskan bahwa hari ini kita ada kelas yang membahas mengenai slide presentasi. Dari percakapan yang terjadi, tampak bahwa sang Bapak dan istrinya ini tertarik untuk ikut kelas kita karena materinya dapat membantu untuk pelayanan yang dilakukannya. Namun karena kendala biaya, akhirnya sang Bapak dan istrinya ini memutuskan untuk tidak bergabung di kelas kita. Kelas saya akan dimulai pk 14.00, waktu saat itu menunjukkan pk 13.00, dan entah mengapa saya merasa gelisah, dan merasa bahwa saya harus menelpon kembali Bapak tersebut dan menawarkan kepada Bapak dan istrinya tersebut untuk boleh hadir di kelas saya.

Saya tidak tahu apakah tepat menganalogikan apa yang saya alami ini dengan apa yang Elia dan janda miskin alami. Tuhan menyuruh Elia untuk boleh pergi ke seorang janda miskin dan Tuhan memelihara Elia dan janda miskin tersebut. Elia bisa saja merasa "ngga mungkin Tuhan janda miskin ini dapat menolong saya, saya ngga perlu deh ke sana, percuma buang-buang waktu dan tenaga". Namun apa yang terjadi, Elia dan janda miskin ini sama-sama taat terhadap apa yang menjadi perintah/suara Tuhan. Janda miskin bisa saja berkata "Tuhan, saya ngga bisa menolong Elia, buat saya saja ngga cukup Tuhan, apalagi untuk membantu orang lain"

Saya merasa bukanlah suatu kebetulan kalau Bapak ini bisa menelpon di hari ini, apalagi Bapak ini tidak tahu kalau hari ini saya ada kelas slide presentasi. Brosur yang diterima oleh Bapak ini, saya bagikan kurang lebih seminggu atau dua minggu yang lalu, dan logikanya seharusnya dia dapat menelpon beberapa waktu yang lalu begitu dia menerima brosur tersebut dan pertanyaannya "Mengapa bisa begitu pas hari ini dan di pagi hari sebelum kelas dimulai?"  Saya tidak tahu juga apa yang membuat saya gelisah dan mendorong saya untuk boleh menelpon kembali Bapak tersebut. Namun ketika kegelisahan itu tiba, saya tahu saya punya dua pilihan, menuruti atau mengabaikannya. Saya bersyukur saya boleh menelpon kembali Bapak tersebut dan beliau boleh bergabung di kelas saya dan boleh merasa diberkati dengan apa yang saya bagikan. Setelah kami mengobrol satu sama lain, ternyata beliau dan istri aktif juga di pelayanan anak-anak. Saya sangat bersyukur bahwa pada siang itu saya tidak mengabaikan suara hati saya. Saya akan merasa 'berdosa' ketika saya dapat menjadi berkat namun saya menolaknya.

Dalam hidup ini Tuhan sudah merencanakan kehidupan kita dengan begitu rupa. Tuhan sudah memiliki skenario terindah untuk kehidupan kita. Yang seringkali menjadi kendala adalah terkadang kita ingin membuat cerita kita sendiri dan tidak ingin mengikuti alur cerita yang sudah direncanakan. Skenario terindah tidaklah sama dengan hidup yang mulus tanpa masalah, namun skenario terindah berbicara bagaimana kita boleh dimampukan untuk boleh melalui seluruh cerita kehidupan kita.

Lewat apa yang boleh saya alami, saya juga belajar bahwa Tuhan mampu menyediakan LEBIH dari apa yang kita pikirkan. Saya berpikir bahwa saya akan mampu untuk melalui 7 bulan ke depan tanpa adanya penghasilan, namun Tuhan menyediakan 'sumber penghasilan' yang lain. Saya berpikir brosur yang saya bagikan akan mampu menarik orang-orang untuk ikut kelas saya, namun Tuhan menunjukkan, tanpa brosur itu pun Tuhan mampu menggerakan orang untuk menghubungi saya.

Well, bagaimana dengan kehidupan Anda? Sudahkan Anda merasakan bahwa Tuhan adalah sutradara yang sudah merencanakan setiap langkah demi langkah kehidupan kita dengan begitu indahnya?

Tuhan, Engkau Adalah Sutradara yang LUAR BIASA (1)

 

Segala sesuatu akan indah pada waktuNya...Hal ini lah yang sering saya dengar, namun kalau boleh jujur seberapa yakin kita akan kebenaran pernyataan tersebut? Saya sudah berkali-kali mendengar kisah bagaimana Elia boleh dipelihara oleh Tuhan, Tuhan memakai burung gagak untuk memberi makan kepada Elia, dan Tuhan menggerakkan seorang janda miskin untuk boleh menolong Elia. Saya juga sering mendengar bagaimana kesaksian orang-orang mengenai Bagaimana Tuhan boleh menolong dan memelihara hidup mereka. Namun terkadang saya merasa dan berkata dalam hati:
"Memang bisa ya Tuhan?";
"Kog bisa begitu kebetulan seperti itu ya?"
"Apa memang itu karena campur tangan Tuhan ya dan bukan kebetulan?"

Namun apa yang terjadi pada hari ini justru membuat saya melakukan sebuah perenungan yang akhirnya membawa saya sampai pada suatu kesimpulan "Tuhan, Engkau Adalah Sutradara yang LUAR BIASA".

Mengapa Saya menyatakan hal tersebut? Well, berikut adalah rentetan kisah yang saya alami...


Di akhir tahun yang lalu, yaitu tahun 2012, saya memutuskan saya ingin membuka usaha sendiri (Maklum, karena beberapa kali mengajar entrepreneurship, membuat saya terdorong ingin menjadi seorang entrepreneur juga). Jadi, saya mau mencoba bernegosiasi agar saya dapat mengambil cuti di semester depan dan berharap bisa bergabung kembali di semester depannya lagi. Kebetulan waktu itu saya sedang ada tugas di luar kota bersama boss dan big boss saya, jadi saya merasa ini moment yang pas untuk mengutarakan bahwa saya ingin off untuk satu semester dan memulai usaha saya.  (#kebetulan 1). Singkat cerita, saya menerima tanggapan yang positif dari beliau berdua, dan saya diijinkan untuk off 1semester. Wowww, hal yang cukup surprise juga buat saya, tampaknya belum tentu ijin ini saya dapatkan jika saya bekerja di perusahaan yang lain (#kebetulan 2).


Awalnya saya berpikir akan merintis usaha ini seorang diri, berbekal bahwa saya sudah familiar dengan yang namanya mengajar dan memberikan kursus seputar matematika, fisika dan kimia. Namun pada suatu hari, ketika saya harus lembur dan stand by sampai larut malam karena mahasiswa sedang melakukan pameran, saya bertemu dan mengobrol dengan seorang rekan yang akhirnya menjadi rekan bisnis saya saat ini. Seseorang yang saya temui malam itu hanya menanyakan "Mengapa saya bersedia bekerja hingga larut malam seperti ini?", dan dengan sederhana saya jawab "ya, sudah tugas dan tanggung jawab saya Pak". Entah apa yang kami obrolkan selanjutnya, sampai akhirnya tercetus dari saya bahwa semester depan saya berencana off dan ingin mencoba membuka bisnis sendiri. Spontan rekan saya menawarkan untuk berpartner dalam menjalankan bisnis tersebut (#kebetulan 3). Setelah merenung dan berpikir selama beberapa waktu, akhirnya saya setuju untuk berpartner dalam merintis usaha saya yang pertama ini. Dan ketika saya merenungkan kembali, sungguh saya beruntung untuk boleh berpartner dengan beliau karena saya belajar banyak dari pengalaman bisnis yang sudah dimilikinya, dan saya sangat terbantu dengan network serta resource yang dimilikinya :)



Mencari karyawan yang baik dan sesuai dengan kriteria yang kita butuhkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun sungguh beruntung bahwa sebelum saya cuti di bulan Juli 2013, sudah ada karyawan yang melamar di perusahaan partner bisnis saya. Apa hubungannya perusahaan partner bisnis dengan usaha yang kami dirikan?bukankan itu dua bisnis yang berbeda? Well, saat itu perusahaan partner bisnis saya belum membutuhkan karyawan, jadi sang karyawan yang melamar pekerjaan tersebut ditawari untuk bekerja di usaha bimbingan belajar dan lembaga pelatihan yang sedang kami rintis (#kebetulan 4).

Dan kisah ini tidak berhenti sampai di sini, masih ada beberapa "kebetulan" lain yang terjadi yang membuat saya takjub dan merasa "Wowww, You are so amazing Lord"...Jika Anda ingin tahu 'kebetulan-kebetulan' lain yang Tuhan rancangkan selama saya merintis usaha baru saya, silahkan baca "Tuhan, Engkau Adalah Sutradara yang LUAR BIASA (2)"...



Tuesday, August 13, 2013

Inspirasi dari film Korea "Glove"

Beberapa waktu yang lalu aku melihat film Korea di Net TV. Film yang sangat mengharukan (Ketika saya katakan mengharukan, maka dapat dibayangkan berapa banyak air mata yang saya tumpahkan ketika menonton film tersebut :D) dan memberi banyak inspirasi kepada saya. Di tengah maraknya sinetron-sinetron Korea yang marak dengan cerita percintaan, film Korea yang satu ini hadir dengan durasi kurang lebih dua jam dan menjadi salah satu film yang wajib untuk ditonton. Judul film tersebut adalah "Glove"
Entah mengapa film tersebut diberi judul 'Glove',mungkin karena glove/sarung tangan identik dengan permainan baseball. Film ini menceritakan seorang pemain baseball profesional yang bernama King Sang Nam yang memiliki temperamen dan sikap/attitude yang buruk. King Sang Nam dilarang bertanding untuk mewakili Korea karena pernah didapati bahwa dirinya mabuk dan melakukan kesalahan ketika dalam suatu pertandingan dan ada kemungkinan dirinya didiskualifikasi dan tidak boleh mewakili Korea dalam pertandingan baseball. King Sang Nam memiliki sahabat yang kemungkinan merangkap sebagai manajernya yang bernama Charles. Charles mengusulkan agar King Sang Nam menjadi pelatih baseball bagi sekelompok anak-anak tuna rungu di sebuah sekolah di daerah pinggiran. Mereka berharap dengan King Sang Nam melakukan 'aksi sosial' tersebut, perbuatan buruk yang telah dilakukannya dapat dimaafkan dan Ia dapat bertanding baseball kembali. Saya tidak akan menceritakan sinopsis cerita film 'Glove' namun saya ingin berbagi mengenai inspirasi yang saya dapatkan dari film tersebut.

Kim Sang Nam dan Charles sahabatnya
1. Persahabatan antara Charles dan King Sang Nam
Diceritakan dalam film tersebut bahwa mereka telah berteman dan bersahabat sejak SMA. Ketika Kim mengalami masalah, Charles tidak meninggalkan Kim. Charles justru mengupayakan dan mencari ide bagaimana supaya Kim dapat diterima lagi sebagai pemain baseball profesional untuk mewakili Korea. Bahkan ketika Charles terlebih dahulu tahu bahwa dewan/komite baseball Korea memutuskan tidak dapat memaafkan perbuatan Kim, Charles tidak memberitahukan hal tersebut kepada Kim dan terus menyemangati Kim. Setelah Kim akhirnya tahu bahwa ia dikeluarkan dari tim baseball Korea, Charles tetap ada di sisi Kim untuk terus mensupport Kim dan mengatakan Kim pasti bisa untuk kembali menjadi pemain baseball profesional.

Itulah sahabat sejati,  tidak hanya ada di saat kita senang atau ketika posisi kita di puncak, namun Ia akan ada bersama dengan kita di saat duka ataupun di saat kita terpuruk dan mampu memberikan dukungan dan dirinya untuk boleh berada di sana bersama-sama dengan diri kita. Charles bisa saja meninggalkan Kim dan menjadi manajer dari pemain profesional lainnya, toh Kim sudah pasti tidak dapat masuk di tim baseball Korea kembali, namun hal tersebut tidak dilakukannya.

King Sang Nam menjadi pelatih sekelompok anak-anak tuna rungu
2. Kim Sang Nam menjadi teladan dan inspirasi
Awalnya motivasi Kim hadir di sekolah tuna rungu tersebut hanyalah untuk mendapatkan maaf dan diterima bermain baseball kembali untuk mewakili tim Korea. Namun semuanya berubah dengan sendirinya. Kim yang awalnya tidak percaya bahwa anak-anak tuna rungu tersebut dapat bermain baseball dengan baik justru akhirnya sangat percaya bahwa anak-anak tersebut sama dengan anak-anak normal pada umumnya. Kim memberikan kepercayaan kepada anak-anak tersebut dan meyakinkan bahwa diri mereka mampu. Yang saya suka adalah ketika Kim melatih anak-anak tersebut dengan begitu kerasnya, dirinya ada bersama-sama dengan mereka. Ia tidak hanya menyuruh anak-anak berlari, namun Ia berlari bersama-sama dengan mereka, memutar lapangan berpuluh-puluh kali.

Pernah suatu kali tim baseball tersebut melawan tim baseball sekolah lain yang cukup ternama dan hebat. Tim baseball yang menjadi lawan mereka pun menyepelekan mereka dan berpura-pura mengalah. Namun pelatih Kim melihat hal tersebut dan menyadari maksud dari tim lawan yang dianggap menyepelekan mereka. Pelatih Kim pun menghampiri tim lawan dan menyatakan bahwa timnya tidak perlu dikasihani. Kalau tim lawan tersebut ingin agar tim baseball tuna rungu tersebut berkembang menjadi lebih baik, maka justru mereka harus mengerahkan kemampuan terbaik mereka, sehingga anak-anak tuna rungu tersebut dapat berjuang lebih lagi. Kalau tim lawan hanya mengalah, maka hal tersebut juga tidak akan membuat anak-anak tuna rungu tersebut menjadi lebih baik. Nah, dapat diduga bahwa tim lawan yang menjadi pemenangnya. Pelatih Kim pun menyadari kesedihan yang dialami oleh anak-anak tuna rungu tersebut. Ia mengajak anak-anak tersebut berlari untuk kembali menuju ke sekolah mereka. Jarak yang cukup jauh dari lokasi pertandingan tentunya membuat mereka sangat lelah, ditambah lagi dengan keadaan emosi yang mereka yang sangat sedih dan kecewa. Di tengah-tengah kelelahan dan kesedihan tersebut pelatih Kim meminta mereka untuk mengeluarkan seluruh emosi dan perasaan yang mereka rasakan. Walaupun mereka tidak dapat mendengar suara mereka, namun mereka dapat mendengar dengan hati mereka (Bagian ini sangat mengharukan ><).

Kim Sang Nam dan Na Joo Won

3. Mengatasi trauma dan sikap tidak mudah menyerah
Di bagian awal cerita diceritakan bahwa salah satu pitcher/pengumpan bola tim tersebut mengundurkan diri karena wajahnya terkena bola dan menjadi memar. Ia tidak mau bermain baseball lagi dan yakin tim baseball tersebut tidak akan bisa berkembang karena keterbatasan yang mereka miliki. Akhirnya pelatih Kim harus mencari seorang lagi untuk menggantikan pitcher tersebut.

Suatu malam pelatih Kim melihat Cha Myeong Jae berlatih mengumpankan bola-bola baseball. Dulunya Cha Myeong Jae adalah seorang pitcher berbakat, namun tiba-tiba ia kehilangan pendengarannya dan Ia memutuskan tidak mau bermain baseball lagi. Keesokan harinya pelatih Kim masuk ke kelas dan mengajak Cha Myeong Jae untuk bermain baseball. Walaupun awalnya Cha Myeong Jae menolak. pelatih Kim tidak menyerah dan akhirnya berhasil meyakinkan Cha Myeong Jae untuk masuk di tim baseball tersebut.

Setiap kita mungkin memiliki trauma/ketakutan/kekuatiran kita masing-masing. Namun bagaimana sikap kita menghadapi hal-hal tersebut. Apakah kita seperti pitcher tim baseball yang pertama, begitu mengalami memar karena hantaman bola, kita akan menyerah dan tidak mau berkecimpung dengan hal-hal tersebut lagi? Ataukah kita mau mencoba seperti Cha Myeong Jae yang walaupun ia mengalami trauma dan ketakutan bermain baseball, namun dirinya mau mencoba untuk mencobanya kembali?

Salah satu bagian yang mengharukan dari film tersebut adalah ketika dalam sebuah pertandingan, Cha Myeong Jae adalah satu-satunya pitcher, sehingga ia harus berkali-kali mengumpan bola yang menyebabkan lengannya terasa begitu menyakitkan dan jari-jarinya penuh denan luka. Pelatih Kim sudah meminta Cha Myeong Jae untuk menghentikan pertandingan, namun dirinya tidak menyerah dan mengatakan ingin melanjutkan permainan tersebut apapun hasilnya. (Saya lupa kalimat persis yang Ia ucapkan, namun saya ingat bagaimana kalimat tersebut sangat menyentuh hati, jadi saran saya, tontonlah filmnya ^^ )

4. Kerja Sama
Di bagian awal diceritakan juga bahwa Cha Myeong Jae merasa dirinya sangat berbakat dan sangat berperan dalam tim tersebut dan tidak mau mendengarkan teman-temannya, dan justru teman-temannya yang harus mengikuti dirinya karena dirinyalah yang terhebat. Namun permainan baseball adalah sebuah permainan yang membutuhkan kerjasama, seorang pitcher yang sangat hebat tanpa didukung kerja sama dari pemain yang lain tidak akan mampu memenangkan permainan.

Demikian juga dalam kehidupan nyata, baik dalam pekerjaan maupun dalam pelayanan. Sehebat apa pun diri kita, kita harus mampu bekerja sama dengan orang lain, tidak merasa diri yang paling hebat sehingga tidak membutuhkan orang lain.

Well, empat inspirasi ini yang saya dapatkan ketika menonton film Glove. Apakah Anda merasa film tersebut menginspirasi Anda dan layak untuk ditonton?


Wednesday, July 31, 2013

THE BIGGEST ENEMY IS YOURSELF


Seiring bertambahnya usia, semakin banyak pengalaman yang saya dapatkan dan sampailah saya pada satu kesimpulan yang saya tuliskan di judul artikel blog ini. Sesungguhnya musuh terbesar yang kita miliki adalah diri kita sendiri.

Dulu... saya adalah orang yang sangat introvert, tidak suka ketika saya harus bertemu dengan orang-orang baru, tidak suka difoto dan tidak suka melakukan hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Namun entah sejak kapan, saya pun tidak menyadarinya, tahun demi tahun ternyata saya berubah (ke arah yang positif tentunya:D). Saat ini, saya menyukai ketika saya boleh menemui dan berkenalan dengan orang-orang baru, mendengarkan cerita mereka dan belajar dari pengalaman mereka. Entah sejak kapan pula, saat ini saya jadi lebih percaya diri ketika difoto dan bahkan jadi sedikit narsis ketika berhadapan dengan yang namanya kamera ^^ Dulunya lagi...saya tidak suka makan sayur, tidak suka untuk berjalan-jalan keluar kota apalagi ke luar negeri karena saya biasanya mabuk perjalanan >< Namun kini saya belajar mencoba hidup lebih sehat dengan memakan sayur dan buah dan juga mengurangi daging-dagingan dan jerohan yang sangat saya sukai.

Ketika saya mencoba untuk merenungkan semuanya ini, sampailah saya kepada sebuah titik bahwa sebenarnya musuh terbesar yang menghalangi kita untuk berubah adalah diri kita sendiri. Kita dapat 'memaksa' diri kita untuk berubah. Sebuah artikel yang saya baca dari Fast Company mengatakan apabila suatu hal kita lakukan terus menerus, maka kuantitas dari hal yang kita lakukan akan meningkatkan kualitas dari hal yang kita lakukan. Kuncinya benar-benar terletak pada diri kita masing-masing. Apakah kita mau mengalahkan rasa takut kita, apakah kita mau mengalahkan ego kita dan apakah kita mau konsisten melakukannya secara terus menerus.

Contoh sederhana yang saya alami sendiri yang menunjukkan bahwa musuh terbesar saya adalah diri sendiri adalah sebagai berikut:
Selama bulan puasa ini, saya memutuskan untuk tidak makan daging-dagingan di hari Senin hingga Jumat. Namun baru memasuki hari pertama saja, saya sudah 'dikalahkan' dengan rombong pentol yang lewat di depan ruko tempat saya bekerja. Pentol bukanlah makanan yang "wah" atau eksklusif sekali bukan? Namun dengan mudahnya saya lupa dengan komitmen saya bahwa saya tidak mau makan daging-dagingan di hari Senin hingga Jumat dan memutuskan untuk membeli pentol tersebut dan berpikir bahwa toh hanya pentol, dan hanya sedikit tentunya tidak akan terlalu berdampak ke kesehatan bukan? Well, selalu ada alasan bagi kita untuk membenarkan diri bukan? Intinya sebenarnya kontrol itu ada di diri kita sendiri dan bukan lingkungan kita. Yang salah tentunya bukan Bapak penjual pentol yang lewat di depan ruko bukan?

Cerita lain lagi adalah seputar kisah saya yang tidak suka untuk difoto dan tampil di depan umum. Saya masih mengingat ketika SD dan ulangan bahasa Indonesia saya mengharuskan saya untuk membaca berita di depan kelas. Saya mampu untuk membaca berita tersebut dengan sangat baik, namun saya tidak dapat menutupi bahwa kaki dan tangan saya benar-benar gemetar ketika saya maju di depan. Saya tidak tahu mengapa saya tidak suka difoto? Mungkin saya tidak cukup percaya diri untuk melihat diri saya di foto alias minder. Beruntungnya sih setelah belajar, akhirnya gambar diri saya dipulihkan dan akhirnya jadi sedikit narsis deh sekarang:) Mengingat kaki dan tangan saya yang gemetar ketika maju ke depan, saya tidak pernah menyangka bahwa saya dapat mengikuti beberapa lomba yang mengharuskan saya maju ke depan umum untuk membawakan presentasi. Bisa saja saya menolaknya, dan saya berkata, saya PASTI TIDAK BISA. Namun beruntungnya saya bahwa hal itu tidak saya lakukan. Beberapa kali maju di depan umum lambat laun membuat saya terbiasa bahkan saat ini saya merupakan seorang pengajar yang harus tampil di depan mahasiswa-mahasiswa saya. Intinya musuh terbesar yang kita miliki adalah ketakutan di dalam diri kita sendiri. Kita mungkin malu dan merasa takut mendengar opini dari orang-orang.

Apabila saat ini Anda mengalami hal-hal yang sama dengan apa yang saya alami dulu, takut untuk maju di depan umum, takut berjualan, takut menjalin relasi, takut untuk mengajukan pertanyaan karena takut dianggap sebagai orang bodoh, maka hal yang ingin saya bagikan adalah bahwa Anda harus MAU MENGALAHKAN ketakutan Anda. Hal yang membantu saya untuk berubah adalah saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya MAU UNTUK MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "TRY FAST, FAIL FAST, LEARN FAST"...Kalau Anda sudah mencobanya, dan ternyata hasilnya kurang baik, maka Anda bisa menyebutnya saya bukan gagal, namun saya sedang belajar sesuatu hal yang baru. Ketika orang-orang mulai mengkritik Anda, maka anggaplah hal tersebut sebagai batu pijakan untuk melangkah lebih tinggi lagi. Anda tentunya harus memfilter kritikan-kritikan atau saran yang diberikan kepada Anda. Belum tentu juga orang yang mengkritik tersebut mampu melakukan lebih baik dari Anda.  Jadi apakah musuh terbesarkah Anda?Maukah Anda mengalahkannya?


Tuesday, July 23, 2013

Segala Sesuatu Ada Hikmahnya :)


Hari ini, 20 Juli 2013 BB saya resmi hilang, setelah dulunya beberapa kali jatuh di jalan namun berhasil ditemukan kembali. Jadi begini kronologisnya. Saya pergi untuk fotocopy, dan selesai fotocopy saya mengendari mobil untuk menyusul teman-teman saya yang rapat di G-Walk. Nah dalam perjalanan saya mencoba mencari BB saya, namun tidak dapat saya temukan di manapun. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke tempat fotocopy tersebut dan mencoba mencarinya. Saya tanyakan kepada tukang fotocopy apakah ada HP yang tertinggal, ternyata tidak ada. Saya mencoba mencari di jalan, tempat saya parkir dan seorang tukang parkir dan tukang becak mengatakan bahwa ada seorang wanita yang menemukannya dan membawanya :((

Saya sangat percaya bahwa selalu ada hikmah di balik segala sesuatu yang terjadi (katakanlah positive thinking :D). Misalnya saja dengan hilangnya BB ini, akhirnya saya kembali menulis di priscachristina.com. Kalau tidak ada kejadian hilangnya BB ini tentu blog ini akan terlantar selama beberapa waktu ke depan. Hikmah yang lain adalah saya jadi merefleksikan apa yang sudah terjadi. Berikut beberapa hikmah/perenungan yang saya dapat:

1. Ini bukan pertama kalinya handphone saya hilang, bahkan ini sudah ketiga kalinya handphone saya hilang. Yang pertama dan kedua hilang di kantor karena saya geletakkan begitu saja di meja dan yang kali ini karena jatuh di jalan. Pepatah mengatakan seekor keledai tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Namun kejadian hilangnya HP ini jadi menyadarkan bahwa saya 'lebih parah' dari keledai karena tidak menjaga HP saya baik-baik. Semoga tidak ada kejadian hilangnya HP yang ke empat kalinya X_X

2. Siang harinya, saya sudah sempat mengirimkan beberapa kontak di BB saya ke BB kantor :D Saya sih tetap merasa 'sedikit beruntung' karena sudah sempat mengirimkan kontak-kontak ini ke BB kantor. Kalau misalnya belum saya send siang ini, malah tidak ada kontak yang terback up di BB kantor

3.Sebelum BB ini hilang, saya sudah membeli Samsung notes tepatnya seminggu yang lalu. Tidak tahu kenapa, ada sebagian diri yang masih merasakan diri ini beruntung karena sudah membeli notes ini minggu lalu, sehingga saya masih bisa 'eksis' dan mempunyai beberapa kontak di whatsapp dan line :D


Well, sedih tentunya kehilangan BB, apalagi BB ini masih tergolong agak baru :(( namun seorang teman mengatakan 'direlakan saja, mungkin Ibu tersebut lebih membutuhkan'. Jadi, daripada bersedih memikirkan BB yang hilang dan tidak mungkin kembali, lebih baik berpikir optimis dan lebih berhati-hati dan menjaga baik-baik barang-barang yang kumiliki ^^

God bless you

Tuesday, June 11, 2013

Belajar Seumur Hidup

“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.”(Mahatma Gandhi)

Kutipan ini cukup berarti bagi diri saya. Entah dimulai sejak kapan, namun aku sungguh menikmati apa hal yang disebut dengan "BELAJAR". Awalnya saya sangat tidak suka dengan yang namanya belajar, walaupun saya sangat suka ilmu-ilmu pasti seperti matematika, fisika dan kimia. Dalam pikiran saya belajar itu ya belajar mata pelajaran saya di sekolah, harus menghafal dan diuji lewat ujian. Namun semenjak saya memasuki dunia kerja yang berkecimpung di dunia pendidikan, saya jadi lebih tersadar akan makna "BELAJAR". Saya jadi sadar bahwa saya tidak tahu apa-apa dan harus banyak belajar, dan sampai akhir hidup saya tidak akan cukup waktu bagi saya untuk "BELAJAR" :)

Salah satu hal terpenting yang saya pelajari adalah pentingnya untuk bermimpi dan memiliki tujuan hidup. Orang yang tidak memiliki mimpi seakan seperti kapal yang berlayar tanpa arah tujuan. Menyadari akan pentingnya hal tersebut, saya mulai belajar menuliskan impian-impian saya dan mulai memikirkan cara-cara dan strategi agar saya dapat mewujudkan impian-impian saya.
Sebuah kutipan yang indah mengenai mimpi yang menyatakan  "Hidup adalah sebuah perjalanan, yang ditaburi mimpi, diisi keberanian, dan dinyatakan dalam tindakan". Yang terpenting adalah berani bermimpi dan berusaha mewujudkan impian tersebut. Sayangnya seringkali kita sudah menyerah dulu dan berkata tidak mungkin bahkan ketika kita belum mencoba melakukan apapun.  Seorang teman berkata "Tidak ada yang namanya gagal, yang ada hanyalah belajar". Sebuah kalimat motivasi lain yang cukup menguatkan saya untuk boleh terus berjuang mewujudkan impian saya adalah sebagai berikut:
Kalimat tersebut sangat menginspirasi saya untuk boleh berjuang mewujudkan impian saya dan bukannya impian orang lain. Tentunya saya tidak hanya belajar akan pentingnya mimpi. Beberapa 'guru' yang boleh menginspirasi saya adalah sebagai berikut:

With Miss Merry Riana
Miss Merry cukup menginspirasi saya mengenai kekuatan mimpi dan bagaimana kita harus persistent dan pantang menyerah untuk boleh terus meraih impian kita. Bahkan setelah impian kita terwujud, itu bukan berarti kita sudah boleh berhenti berjuang justru itu saatnya kita mulai membuat impian yang baru dan mulai berjuang untuk mewujudkannya kembali.


With Pak Masagung

Pak Masagung adalah dosen saya di pasca sarjana Ubaya. Beliau cukup menginspirasi saya khususnya dalam hal memikirkan tentang saluran pipa pendapatan kita dan bagaimana agar kita dapat memiliki banyak saluran pipa. Kisah lengkap tentang pipa vs ember ini dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=raSA8ejVHOc
With Prof John Norton, Bu Lisa dan Pak Oscar
Prof John Norton datang ke Universitas Ciputra dan berbagi cerita serta pengalaman bagaimana metode belajar mengajar yang menyenangkan dan dapat diaplikasikan kepada mahasiswa. Beliau sharing juga bagaimana agar kita memiliki engagement/kedekatan dengan mahasiswa.

With Prof Saras dan Bu Lisa
Merupakan sebuah keberuntungan juga boleh belajar dari Prof Saras. Prof Saras berbagi mengenai prinsip efektuasi yaitu pola pikir yang digunakan oleh para entrepreneur sukses dunia. Inti dari prinsip efektuasi ini adalah Bird in Hand (mulai dengan resource yang kita miliki), Affordable Loss, Lemonade Principle, Crazy Quilt dan Pilot in Plane. 

With 'Papa Green'
 'Papa Green' is very great in story telling and public speaking :) Sungguh beruntung bisa bergabung dalam Toastmaster dan ikut workshop 2 hari dari Papa Green ^^ Tagline yang digunakan Papa Green adalah "If you can not tell it, you can not sell it". Intinya ilmu public speaking ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan dan tentunya ini harus dilatih terus seumur hidup. Pembelajaran lain yang menarik adalah "So What!". Kita tidak perlu terlalu pusing dengan kesalahan-kesalahan yang akan kita lakukan, tidak perlu pusing dengan grammar, dll yang pasti harus berani mencoba dan berlatih.

With Gobind Vasdev and FEH Crew
Gobind Vasdev adalah pribadi yang unik dan merupakan 'heart worker'. Beliau pengarang buku Happiness Inside. Beliau menekankan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang akan kita lakukan setiap hari, dan setiap orang yang kita temui adalah 'guru' kita. Banyak hal yang saya dapat pelajari baik lewat buku maupun pribadi beliau.

With Mr Lee
Tidak hanya belajar hal-hal yang bersifat content. Ketika bertemu dengan Mr Lee saya belajar mengenai kehidupan kerohanian dan bagaimana kita harus persistent terhadap panggilan Allah dalam kehidupan kita. Setiap orang dilahirkan ke dunia ini dilengkapi dengan talenta/kelebihan dan bagaimana kita dapat menggunakan talenta yang telah diberikan ini untuk memenuhi panggilanNya:) 

Foto-foto di atas hanyalah 'secuplik' guru-guru yang saya temui dan menginsprasi saya. Saya juga banyak belajar tentunya dari teman-teman di kantor, teman-teman pelayanan dan banyak lagi yang lain. Kalau saya upload fotonya dan bagikan kisahnya, maka tidak akan habis-habisnya saya menulis:)
Sampai hari ini pun saya masih terus belajar dan sampai nantinya saya akan tetap belajar. Terima kasih kepada 'guru-guru' dalam kehidupan yang boleh menginspirasi saya ^^ 

"Tidak mungkin untuk mulai belajar ketika  seseorang berpikir bahwa dia sudah tahu".


Monday, December 10, 2012

The Ultimate Gift

Ketika kita mendengar kata 'The Ultimate Gift', hadiah apakah yang terlintas di pikiran kita? Ipad? Mobil? Rumah? atau mungkin hadiah-hadiah mewah lainnya yang mungkin pernah kita terima? Ada sebuah film yang memiliki pesan moral yang sangat baik berjudul "The Ultimate Gift". Sebuah quotes menarik tertulis di vocer film tersebut berbunyi demikian "Life is how you live it, not how you spend it".

Saya berpikir kutipan tersebut mungkin muncul karena banyak orang di dalam hidup ini hanya berkutat pada bagaimana menghabiskan hidupnya dan bersenang-senang namun tidak pernah memiliki suatu makna atau  hal yang berarti dalam hidupnya. Hal ini pula yang dialami oleh Jason Steven yang merupakan pemeran utama dalam film 'The Ultimate Gift'.

Jason Steven lahir dalam sebuah keluarga yang kaya raya dan selama ini ia hanya mengisi hari-harinya dengan berfoya-foya dan bersenang-senang dengan kekayaan dan teman-teman yang ia miliki. Sampai pada suatu hari kakek dari Jason yang bernama "Red Steven" meninggal dunia dan memutuskan untuk memberikan warisannya kepada Jason. Namun tidak semudah itu si Jason mendapatkan warisannya, untuk memperoleh seluruh warisan dari kakeknya, Jason harus melewati beberapa tahap.


Gus
Jason dan Gus ketika di Bandara
Tahap pertama, Jason harus bekerja di Texas. Suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh Jason sebelumnya tentunya. Di Texas, Jason bertemu dengan Gus dan Jason diminta untuk membuat semacam pagar di tanah kosong yang dimiliki oleh keluarga Steven.



Pada awalnya Jason mengeluh dan hanya mengerjakan pekerjaannya dengan asal-asalan. Ketika tiang-tiang telah terpasang, Gus mencoba kekuatan dari tiang yang telah terpasang tersebut dengan menarik tiang-tiang tersebut dengan mobilnya dan akhirnya robohlah semua tiang-tiang yang telah terpasang tersebut. Pada hari-hari berikutnya, Jason kembali bekerja, kali ini ia bekerja dengan lebih giat dengan harapan ia akan menerima warisan yang sangat besar dari kakeknya dan tanpa ia sadari ia telah memasang tiang-tiang tersebut dengan kokohnya dan untuk jarak yang cukup panjang. Tanpa Jason sadari inilah hadiah pertamanya dari sang kakek, yaitu "The Gift of Work". 

Tahap pertama telah dilalui oleh Jason, namun ternyata ia masih harus melewati tahap selanjutnya untuk mendapatkan warisan dari sang kakek. Untuk tahap kedua ini, syarat yang diajukan seharusnya cukup mudah, Jason hanya perlu membuktikan bahwa ia memiliki teman yang sejati. Seluruh harta, rumah, credit card milik Jason disita oleh pengacaranya. Dan hasilnya semua teman-temannya menghilang satu persatu seiring dengan menghilangnya harta dari Jason. Karena tidak memiliki tempat tinggal, si Jason akhirnya harus tidur di kursi sebuah taman. Di sana awal pertemuan Jason dengan Emily dan Alexia (Ibu dari Emily) yang akhirnya menjadi sahabat sejati Jason. Hal kedua yang dipelajari oeh Jason adalah "The Gift of Friend".

Jason duduk di taman karena rumahnya disita

Jason dan Emily

Jason akhirnya mengetahui Emily ternyata mengidap penyakit kanker, dari hal tersebutlah karakter dan perjalanan hidup Jason mulai berubah.Selain kedua hadiah tersebut, masih ada tahapan-tahapan lainnya yang harus dilalui oleh Jason dan semuanya merupakan sebuah perjalanan hadiah terindah yang diterima oleh Jason. Di akhir film ditampilkan 11 hadiah yang telah diterima oleh Jason dalam perjalanannya mendapatkan warisan dari sang kakek. Kesebelas hadiah tersebut adalah:
  • The gift of work
  • The gift of friends
  • The gift of learning
  • The gift of problem
  • The gift of laughter
  • The gift of giving
  • The gift of gratitude
  • The gift of dream
  • The gift of a day
  • The gift of loving
  • The gift of family
  • The gift of money 
Bagaimana akhir kisah dari Jason, Alexia dan Emily? Apakah Jason pada akhirnya mendapatkan warisannya dari sang kakek? Sebuah film yang saya sangat rekomendasikan untuk ditonton dan saksikan akhir dari kisah tersebut yang begitu menggugah hati kita.

Saya yakin dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, masing-masing di antara kita telah menerima hadiah-hadiah terindah namun seringkali kita tidak menyadarinya dan tidak menganggapnya penting dalam kehidupan kita dan bahkan seringkali kita mengeluh akan 'hadiah' yang telah kita terima tersebut padahal 'hadiah-hadiah' tersebut jauh lebih tinggi nilainya daripada uang dan harta benda. Salah satu hal yang menjadi pembelajaran penting dari film tersebut adalah ""Life is how you live it, not how you spend it". Hidup tidak hanya sekedar menghabiskan waktu yang kita miliki, namun lebih kepada menyadari apa dan siapa yang boleh kita miliki, mensyukuri semua yang boleh miliki dan alami dan berbagi hidup kita sehingga kita boleh bermakna bagi orang lain. So, Have you live your live? 

Sunday, February 26, 2012

Problem is a friend of mine

Pada hari Minggu, 26 Februari ini aku dibuat 'terpesona' oleh seorang hamba  Tuhan yang menyampaikan firmanNya. Terpesona karena kemampuan story telling yang menurutku LUAR BIASA dan isi kotbah yang sangat 'maknyus'. Awal kotbah dari Bpk Henry Hehanusa ini diawali dengan sebuah cerita perjalanannya di Israel. Aku dibuat kagum dengan caranya bercerita, body language dan intonasi bercerita yang benar-benar membuatkan terpana dan ingin terus mendengar lanjutan kisah beliau.


Diceritakan ketika dalam perjalanannya di Israel dan hendak menaiki gunung Sinai bersama dengan rombongan yang lain, hamba Tuhan ini menunggangi unta untuk naik ke atas gunung tersebut. Ia melihat seorang ibu yang juga berasal dari Indonesia, berteriak-teriak kepada untanya "THIS WAY, THIS WAY..." Ibu tersebut berteriak ketakutan karena unta tersebut seakan-akan berjalan menuju jurang. Pemandu unta tersebut menegur ibu tersebut agar jangan berteriak-teriak dan percaya saja bahwa unta tersebut tidak akan masuk ke dalam jurang. Perjalanan pun berlanjut, dan di tengah-tengah perjalanan terdengar kembali suara Ibu tersebut berteriak ketakutan "THIS WAY, THIS WAY...", kali ini ditambah dengan sorotan lampu senter yang ditujukan ke mata unta tersebut. Ibu tersebut berpikir mungkin unta tersebut tidak dapat melihat jalannya yang gelap, sehingga ia bermaksud menggunakan senter untuk menunjukkannya kepada unta tersebut. Kembali sang pemandu tersebut menegur Ibu tersebut agar jangan berteriak-teriak dan meminta Ibu tersebut mematikan senternya, karena bisa saja unta tersebut merasa silau dan justru akan masuk ke jurang. Diceritakan bahwa tidak pernah ada dalam sejarah, unta yang jatuh dalam jurang dalam perjalanannya menuju ke puncak gunung tersebut, karena unta memiliki 'insting' untuk dapat terus berjalan sampai ke tujuannya. Ilustrasi ini ingin menggambarkan seberapa sering sih kita ragu akan Tuhan dan kita berkata "THIS WAY LORD" padahal Tuhan yang LEBIH TAHU apa yang TERBAIK untuk kehidupan kita. Kita menggunakan segala cara yang kita miliki untuk kita berkata kepada Tuhan, JANGAN yang itu Tuhan, JANGAN biarkan aku mengalami hal tersebut, aku tidak bisa Tuhan melalui hal tersebut dan banyak hal lagi, PADAHAL Tuhan yang lebih tahu jalan yang terbaik untuk kita. 

Ilustrasi ini merupakan awal dari kotbah Pak Henry yang berjudul "Problem is a Friend of Mine".Wowww, tema kotbah yang menurutku benar-benar 'menyeramkan', secara siapa sih yang ingin berteman dengan masalah.

Umumnya orang ingin benar-benar jauh dari yang namanya masalah dan hidup dengan aman dan damai namun justru inti kotbah beliau adalah menganjurkan kita agar tidak anti dengan yang namanya masalah dan justru berteman dengan masalah. Berikut adalah beberapa pointnya:
  • 1 Korintus 10:13, dikatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan yang biasa. Dalam versi bahasa inggris versi NLT dikatakan bahwa pencobaan/masalah yang kita alami adalah masalah yang SAMA dengan yang dihadapi oleh orang lain (The temptations in your life are no different from what others experience). Masalah menimpa orang kristen ataupun orang non kristen, masalah terjadi kepada orang yang hidup dengan saleh dan benar, masalah  terjadi juga pada mereka yang hidup berbuat jahat, INTINYA masalah terjadi kepada semua orang tanpa pandang bulu. Dan pada akhir ayat ke 13 dikatakan bahwa "He will show you a way out so that you can endure". Ups...ternyata di akhir ayat ini dikatakan akan ada jalan keluar, TETAPI  hal tersebut bukan berarti masalah kita selesai, namun jalan keluar tersebut adalah agar kita MAMPU BERTAHAN. Jadi jalan keluar bukan berarti masalah kita selesai dan semuanya berakhir.
  •  Bilangan 14:9 dalam King James Version dikatakan "Only rebel not ye against the LORD, neither fear ye the people of the land; for they are BREAD for us: their defence is departed from them, and the LORD is with us: fear them not". Di sini ingin digambarkan bahwa sebenarnya masalah adalah roti, yang bukannya akan menghancurkan kita, namun justru akan memberikan kita kekuatan. Dalam doa Bapa kami dikatakan "Give us this day our daily BREAD" yang artinya kita harus siap juga meminta masalah itu ada dalam kehidupan kita agar kita boleh menjadi lebih 'kuat' dan naik ke tingkatan yang berikutnya. Masalah bukahlah hal yang harus kita takuti dan hindari, karena semakin kita menghindar, masalah akan semakin mengejar kita. Jadikan masalah tersebut 'teman' kita dan hadapi masalah tersebut dan secara perlahan masalah tersebut akan menghindari kita dengan sendirinya. Ilustrasi rajawali yang membutuhkan badai untuk dapat terbang lebih tinggi adalah gambaran yang tepat untuk menunjukkan masalah/badai kita butuhkan dalam hidup ini agar kita boleh terbang semakin tinggi.

Satu kutipan menarik mengenai masalah yang tidak asing bagi kita adalah "Masalah yang sebenarnya bukanlah masalah itu sendiri, namun masalah yang sebenarnya adalah BAGAIMANA CARA PANDANG KITA TERHADAP MASALAH TERSEBUT".

Masalah diijinkan Tuhan ada dalam diri kita agar iman kita boleh tetap "EXIST" dan 'masalah' yang ada dalam diri kita boleh dilenyapkan terlebih dahulu sebelum masalah yang ada di luar kita dilenyapkan. Teman, maukah engkau menjadikan masalah menjadi sahabatmu?:)

Wednesday, February 22, 2012

Integritas dan Kasih, PENTING!!!

     Pada hari Sabtu yang lalu, aku mendengar kotbah yang bertemakan "Love, Back in Action". Intinya sih tentang seputar kasih yang ujung-ujungnya harus memiliki tindakan nyata. Dalam kotbah yang disampaikan oleh Pdt. David S, sempat disinggung mengenai kisah Brian Warner. Ketika kucoba mencari artikelnya di google, ternyata cukup banyak orang yang telah membagikan kisah ini juga. Brian Warner adalah seorang pemuda yang cukup diam dan cukup terkucil di antara teman-temanya ketika di gereja. Tidak seorang pun memperhatikan diri dan kehadirannya, sampai suatu saat ia mundur dari gereja. Di dalam beberapa artikel dikisahkan bahwa dalam segala sakit hatinya dan kepahitannya terhadap gereja, ia berubah menjadi pribadi 'baru' yang jauh lebih 'terkenal dan luar biasa'. Brian Waner mengganti namanya menjadi Marilyn Manson, dimana nama Marilyn diambil dari seorang wanita yang meninggal karena bunuh diri dan nama Manson merupakan nama seorang pembunuh bertopeng. Bertolak belakang dengan hidup Brian Warner yang dulunya terkucil, Marilyn Manson memiliki group musik dan memiliki jutaan fans di seluruh dunia. Bagi Anda yang penasaran seperti apa Brian Warner dan Marilyn Manson, berikut adalah gambarnya.

Kisah mengenai Brian Warner ini mengingatkanku pada kisah Anton LaVey, seseorang yang berperan penting dalam berdirinya gereja setan. Jika tidak salah ingat, kisah ini bermula dari kepahitan yang dialami oleh LaVey terhadap kemunafikan orang-orang kristen. LaVey yang awalnya adalah orang kristen, melihat bagaimana orang-orang yang ia temui di hari Minggu sangat berbeda dengan kehidupan sehari-hari mereka. Di hari Minggu, orang-orang tampak sangat alim dan kudus, namun di hari-hari yang lain mereka menjadi pribadi yang berubah 180 derajat, hidup berpesta pora, selingkuh dan seakan-akan hidup tidak mengenal Tuhan. Daripadi harus menjadi pribadi yang munafik, maka didirikanlah gereja setan, dimana orang-orang tidak harus 'berpura-pura" menjadi orang "baik" ketika beribadah dan menjadi diri mereka yang "sesungguhnya" di luar ibadah.


Aku yakin masih banyak kisah-kisah lain yang terjadi di luar sana, dimana orang-orang mengalami sakit hati dan kepahitan terhadap orang kristen. Hidup ini benar-benar seperti aquarium yang transparan dimana semua orang dapat memandang diri kita dan apa yang kita lakukan. Seringkali alasan "I'm only a human being, I'm not perfect and can't be perfect" menjadi alasan atau tameng kita ketika kita melakukan kesalahan. 


Benarkah karena kita manusia yang tidak sempurna maka kita diijinkan untuk terus menerus melakukan kesalahan yang kita 'sengaja'?Diriku pun pernah mengalami kebencian dan kepahitan sampai aku mau keluar dari gereja. Namun ketika bergumul dengan hal tersebut, aku menyadari bahwa ketika manusia-manusia tersebut yang bersikap munafik, hal tersebut bukanlah kesalahan Tuhan, hal tersebut MURNI kesalahan manusianya. Lalu mengapa aku harus marah kepada Tuhan dan meninggalkan gereja karena orang-orang yang menurutku munafik tersebut? Apa yang kudengar dan kualami ini menyadarkanku akan beberapa hal yang SANGAT PENTING, yaitu:

1. Milikilah hidup yang berintegritas
Misalkan saja ada seorang sales yang menawarkan produk yang dijualnya kepada anda, dan anda melihat sales tersebut justru tidak menggunakan produknya sendiri tapi justru produk dari kompetitor. Mungkin Anda akan bertanya-tanya apakah memang produk yang ditawarkan sales tersebut cukup bagus dan layak dibeli? Jika cukup bagus dan layak dibeli, mengapa sales tersebut menggunakan produk kompetitor?

Demikian juga dengan hidup ini, orang-orang akan dengan mudah 'menghakimi' apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ekstrimnya saja ketika melihat seseorang dengan agama XXX yang selalu bertindak dan berkata kasar kepada orang-orang di sekelilingnya, berselingkuh, korupsi , dll, BIASANYA komentar yang akan diberikan adalah "Dia lho orang "XXX" tapi kelakuannya seperti itu, lalu buat apa saya beragama "XXX". Apa yang kita lakukan, akan dikaitkan dengan 'atribut-atribut' yang melekat pada diri kita, entah agama, suku atau hal-hal lainnya, PADAHAL..., belum tentu semua orang yang yang beragama XXX tersebut berkelakuan yang sama. Orang cenderung dengan mudah melakukan generalisasi apabila ada hal buruk yang terjadi.  Oleh karena itu sangat penting bagi kita menjagi pribadi yang memiliki integritas. Dimulai dengan hal-hal yang kecil, tidak menyontek, tidak membeli dan menggunakan barang-barang bajakan dan masih ada begitu banyak hal lainnya. Memang tidak mudah melakukannya, namun salah seorang trainer yang saya kenal, Bpk. David Pranata mengajarkan "start it small or you will never do a change"


2. Milikilah Kasih
Memiliki kasih dan melakukannya juga bukan hal yang mudah, lebihlagi kepada orang-orang yang tidak dekat dengan kita, atau orang yang kita benci dan yang kita anggap aneh. Namun justru kasih dan tindakan nyatalah yang menyentuh kehidupan orang-orang tersebut. Mungkin saja jika ada yang memperhatikan Brian, Brian tidak merubah dirinya menjadi Marilyn Manson. Ada cukup banyak kisah orang-orang yang berubah hidupnya karena ada pribadi yang mengasihi mereka.

Ada begitu banyak kehidupan yang mungkin kita pengaruhi dengan tindakan kita sehari-hari. Apa yang kita lakukan dan katakan mungkin akan sangat berdampak bagi orang lain. Milikilah hidup yang berintegritas dan kasih, dan jadilah berkat bagi orang lain :)