Sunday, May 16, 2010

Iman Seperti Petrus


Minggu, 16 Mei 2010 kemarin, gerejaku merayakan hari ulang tahunnya yang ke 41 tahun. Aku memang tidak menghadiri KKR dan perayaannya, namun aku datang ke ibadah pagi dan yang membawakan kotbahnya adalah Pak Yohan Candawasa. Beliau membawakan kotbah yang diambil dari Mat 14:22-33, yaitu tentang Yesus berjalan di atas air. Berikut adalah ringkasan kotbah beliau.

Pernahkah kita berpikir mengapa dalam angin sakal yang terjadi waktu itu, Petrus tidak meminta badai diredakan? namun Petrus justru meminta (ayat 28) "Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air", padahal di Matius pasal yang ke 8, murid-murid segera meminta kepada Yesus agar badai segera dihentikan. Pada Matius 14 ini, Petrus tidak meminta Tuhan datanglah dan hentikan badai ini. Perkataan Petrus di ayat yang ke 28 ini menunjukkan bahwa Petrus memiliki iman yang disandarkan kepada Tuhan. Petrus telah memiliki pengalaman sebelumnya bahwa Tuhan sanggup meredakan angin ribut dan Petrus belajar bahwa yang lebih penting adalah bukan redanya angin ribut, namun yang lebih penting dan utama adalah dekat dengan Tuhan. Oleh karena itu Petrus bukan meminta keadaaan lingkungannya yang berubah, namun Petrus meminta kepada Tuhan, untuk Petrus boleh datang kepada Tuhan. Palajaran yang sangat dalam menurutku bahwa seringkali kita merasa aman dan bahagia ketika apa yang kita minta terpenuhi, ketika masalah kita diselesaikan, ketika lingkungan di sekitar kita sangat mendukung kita, namun pernahkan kita menyadari bahwa yang lebih utama adalah bukan keadaan lingkungan yang berubah menjadi lebih baik, namun yang LEBIH UTAMA adalah dengan siapa kita boleh melalui semua hari-hari dan masalah kita. Daud dalam Mazmur 23:4 menyatakan "Sekalipun aku dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya..." Daud tidak merasa bahwa berada dalam kekelaman sebagai sesuatu hal yang menyulitkan dirinya, karena ia tahu bahwa Tuhan ada bersama dengan dirinya. Demikian juga Petrus, ia tahu bahwa badai tidak berhenti tidak masalah, perahunya terombang-ambing juga tidak apa-apa, asalkan ia boleh dekat dengan Tuhan. Sama halnya juga yang terjadi dengan Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Ketiga Daniel akan dimasukkan ke dalam gua singa, ia tidak berdoa, Tuhan semoga singanya mati, atau hal lain semacam itu, namun Daniel memiliki keyakinan bahwa bersama Tuhan ia pasti mampu melaluinya, demikian juga yang terjadi dengan
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.

Rasa aman bukan kita dapatkan dari keadaan yang diubah menjadi lebih baik, rasa aman hanya bisa kita dapatkan asal kita berada dekat dengan Tuhan.


Pernahkah kita juga berpikir mengapa Tuhan menunggu begitu lama untuk menghentikan badai?Mengapa Tuhan menyuruh murid-murid ke seberang?Apakah Ia tidak tahu bahwa akan terjadi badai? Begitu banyak pertanyaan yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Kehadiran Tuhan dalam hidup ini tidak identik dengan tidak adanya badai/masalah dalam kehidupan kita. Ketika Tuhan ada bersama dengan kita, dan masalah, sakit penyakit, kesulitan masih ada dalam kehidupan kita, itu karena Tuhan ingin membentuk kita lebih lagi untuk serupa denganNya. Aku mengingat ada film singkat dari donghaeng.net tentang 'footprints'. Di sana dikisahkan bahwa ketika kita mengalami tanjakan/kesulitan dalam kehidupan kita, ketika hanya ada sepasang kaki yang melalui itu, kita tidak berjalan sendiri, melainkan Tuhan sedang bersama kita, menggendong kita untuk boleh melalui semuanya itu. Ketika Tuhan dirasakan terlambat menolong hidup kita, sesungguhnya adalah Tuhan tidak pernah terlambat, Ia hanya sedang ingin menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang sanggup diandalkan dan dipercaya. Ingatkah kita akan kisah Lazarus yang dibangkitkan? Coba bayangkan 3 kondisi berikut :
1. Lazarus berdoa agar tubuhnya sehat selalu, dan tidak pernah sakit dan pada kenyataannya Lazarus tidak pernah sakit.
2. Lazarus sakit, ia berdoa minta disembuhkan, dan Tuhan datang menyembuhkan dia, dan ia sembuh
2. Lazarus sakit, ia berdoa minta disembuhkan, namun Tuhan tidak kunjung datang sampai akhirnya ia meninggal, namun pada akhirnya Tuhan datang dan membangkitkan dia.

Manakah dari ketiga keadaan tersebut yang membentuk Lazarus, Maria dan Marta semakin percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang berkuasa atas hidup maupun maut? Aku pun menyadari setiap orang punya pengalaman yang berbeda-beda, Ayub, Abraham, dan banyak lagi tokoh alkitab lainnya termasuk diriku:) Aku hanya belajar melihat ke belakang, dan aku telah menyaksikan, merasakan bagaimana TanganNya telah menyertai aku dan membentukku sedemikian rupa, dan aku yakin itu yang Dia lakukan atas hidup anda juga.

Sangat mudah bagi Tuhan untuk merubah keadaan eksternal kita, menyembuhkan kita, menjadikan kita kaya, dsb...Namun Tuhan terlebih rindu untuk membentuk internal hati kita, supaya kita memiliki iman yang mempercayai bahwa Ialah Allah yang layak untuk diandalkan dan dipercaya

Apakah Petrus tidak pernah merasa takut dan bimbang?Jawabannya adalah pernah, ayat 30 mencatat bahwa'Ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia...' bahkan kita ketahui juga bahwa ketika Tuhan Yesus akan disalib, Petrus juga menyangkali Yesus, namun sejarah mencatat bahwa Petrus berhasil mengatasi ketakutannya bahkan semakin giat mengabarkan injil sampai akhirnya Petrus meninggal disalibkan dengan terbalik. Demikian juga dalam kehidupan kita, ada kalanya juga kita dapat merasa takut dan gentar, namun jangan mau dikalahkan oleh keadaan. Biarlah kita boleh melihat penyertaanNya yang luar biasa di masa yang telah lalu dan demikian juga penyertaanNya akan selalu ada bersama dengan kita. Aku selalu bersyukur aku bisa melalui hari-hari ini bersama dengan Tuhan dan selalu ada saudara-saudara seiman yang menguatkanku. Di akhir tulisan ini, aku hanya berharap kita semua bisa memiliki iman yang percaya bahwa ketika ada Tuhan yang bersama dengan kita, itu sudah cukup bagi kita, hanya bersama Tuhan saja kita mampu melalui hari-hari kita dengan sukacita. Gbu ^o^

1 comment: