Sunday, April 5, 2015

Belajar Setiap Kali Ada Kesempatan

Siang itu saya pergi ke sebuah kedai makan tidak jauh dari kantor. Ketika saya sedang menyantap makan siang saya, saya mengamati bahwa ada seorang bapak yang sedang memanggil satu persatu karyawan di kedai makan tersebut. Kemungkinan Bapak tersebut adalah Bapak pemilik kedai. Saya pun bertanya kepada pelayan di sana, dan benar bahwa beliau adalah pemilik tempat tersebut. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya apakah beliau ada waktu dan kita bisa berbicara. Beliau pun setuju untuk meluangkan waktu berbicara setelah menyelesaikan urusan pekerjaan beliau.

Saya hanya melontarkan pertanyaan sederhana, "Bagaimana ceritanya Bapak kog bisa memulai bisnis ini?" Bermula dari pertanyaan sederhana tersebut, Bapak tersebut menceritakan pengalamannya selama kurang lebih 1 jam:) Banyak inspirasi yang saya dapatkan dari cerita pengalaman beliau. Berikut adalah beberapa point penting yang saya dapatkan:

Sebelum memulai bisnisnya sendiri, beliau telah bekerja sebagai karyawan kurang lebih 20 tahun. Namun ketika bekerja pun, beliau tidak hanya asal bekerja. Salah satu prinsipnya adalah dalam jangka waktu maksimum 2 tahun beliau harus memberikan kontribusi dan hal tersebut dapat terukur dari  peningkatan jabatan/golongan. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu kunci sukses mencapainya adalah dengan "menjual diri". Apa yang beliau lakukan untuk "menjual diri"?
Beliau mengamati di zaman itu, apabila seseorang ingin mengajukan kredit, orang tersebut harus mengisi kurang lebih 20 lembar form, dimana form tersebut nantinya harus dimasukkan lagi di database, sehingga merupakan pemborosan kertas, waktu dan tenaga. Beliau pun mencoba meringkas keseluruhan form tersebut menjadi tinggal 1 lembar saja. Pihak manajemen pun menghargai ide beliau dan sejak saat itu, ketika melakukan survey, staff di bank tersebut hanya perlu membawa 1 lembar form tersebut.

Hal lain yang beliau lakukan untuk "menjual diri" adalah dengan memberikan prospek (ini istilah saya sendiri, saya agak lupa apa istilahnya di dunia perbankan) setiap hari untuk disetujui oleh atasannya. Sementara rekan-rekannya baru mengajukan setiap 2-3 hari sekali. Tentu saja nama beliau menjadi diperhatikan oleh atasan, karena namanya muncul terus di kertas pengajuan tersebut, sedangkan nama rekan-rekannya tidak setiap hari muncul.

Definisi kesuksesan menurut beliau adalah ketika seseorang berani keluar dari zona nyamannya. Ketika berada di puncak karirnya, beliau memutuskan untuk keluar dan merintis usahanya. Beliau menjelaskan apabila bekerja sebagai karyawan, ibarat sedang merawat pohon milik orang lain, buah yang dihasilkan adalah milik orang lain. Namun apabila memiliki usaha sendiri, ibarat kita sedang merawat pohon kita sendiri, buah yang dihasilkan pun milik kita sendiri.
Ketika sedang melakukan inspeksi, beliau meminta karyawannya untuk duduk di kursi customer dan mengamati sekeliling, apa yang masih kurang baik dan perlu ditingkatkan karena hal tersebut mungkin tidak terlihat apabila dilihat dari tempat karyawan tersebut bekerja.

Tidak hanya cerita seputar pekerjaan dan bisnis yang saya dapatkan, namun juga pembelajaran seputar kerohanian. Ketika saya bertanya beliau ke gereja mana, beliau menjawab "gereja di Surabaya" dan menanyakan kepada saya pernahkah saya mendengar nama gereja tersebut.
Beliau pun menjelaskan, bahwa di ketika Paulus menuliskan surat untuk jemaat di Filipi, Korintus, Kolose, Paulus selalu menyebutkan nama kotanya, dan bahasa inggris untuk kata jemaat adalah church. Jadi itulah alasan beliau menyebutkan bahwa nama gerejanya adalah gereja di Surabaya.

Beliau juga sempat mengajarkan kisah Kain dan Habel. Umumnya kita diajari bahwa persembahan Kain ditolak karena Kain tidak sungguh-sungguh mempersembahkan yang terbaik. Namun yang menjadi alasan persembahan Kain tidak berkenan adalah karena korban persembahannya tidak mengandung unsur darah. Sama ketika tulah kematian anak sulung di Mesir, hanya rumah-rumah yang diolesi darah domba yang akan dilewati oleh malaikat maut.

Akhirnya perbincangan kami pun harus berakhir, karena beliau harus mengantarkan keponakannya ke ariport dan saya pun harus kembali ke kantor. Di hari itu, saya sangat bersyukur untuk inspirasi dan pembelajaran rohani yang saya boleh saya dapatkan. Kita dapat belajar kapan pun dan dari siapapun:)