Sunday, June 16, 2013

Membangun 'Saluran Pipa' Milik Kita

Ada dua orang sahabat yang bernama Embro dan Pipo. Embro berbadan tinggi besar dan Pipo adalah pribadi yang lebih kecil dari Embro dan sedikit kurus. Kedua sahabat ini seringkali saling ngobrol dan ternyata mereka jadi tahu bahwa mereka memiliki cita-cita/impian yang sama yaitu menjadi orang yang kaya, sukses dan berhasil.


Embro dan Pipo adalah tipe orang pekerja keras. Mereka tidak takut apabila harus bekerja keras sampai larut malam sekalipun. Namun mereka merasa belum ada kesempatan yang pas agar mereka dapat mewujudkan impian mereka tersebut. 


Suatu hari mereka melihat sebuah lowongan bahwa di sebuah desa sedang membutuhkan 2 orang pembawa air. Mereka merasa ini peluang yang tepat untuk mewujudkan impian mereka menjadi orang kaya. Maka segeralah mereka melamar sebagai pembawa air ke desa tersebut.


Karena desa tersebut sedang kekurangan air, maka kepala desa memutuskan untuk menerima Embro dan Pipo. Embro dan Pipo setiap hari harus menuju sumber mata air dan membawa air tersebut ke tempat penampungan air di desa tersebut.

Embro dan Pipo akan dibayar sesuai dengan banyaknya air yang berhasil dikumpulkan. Setiap hari Embro dan Pipo bekerja keras membawa air-air dari sumber mata air menuju ke desa.

Embro dan Pipo bekerja keras hingga malam mengangkut air-air tersebut. Mereka menyadari semakin banyak air yang mereka bawa maka akan semakin banyak uang yang mereka kumpulkan dan semakin cepat impian mereka menjadi kaya menjadi kenyataan.

Embro ingin sekali cepat menjadi kaya. Ia pun berpikir kalau ia dapat memperbesar kapasitas embernya, maka akan semakin banyak air yang dikumpulkan dan ia segera menjadi kaya dan bisa segera membeli rumah yang lebih besar.

Berbeda dengan Embro yang berpikir ingin memperbesar kapasitas ember. Pipo tidak merasa 'sreg' dengan cara konvensional yang mereka lakukan tersebut. Pipo berpikir bagaimana agar air tersebut dapat mengalir terus menerus dan lebih banyak lagi tanpa ia harus bekerja membawa ember-ember tersebut. Akhirnya Pipo menemukan ide untuk membuat saluran pipa yang menghubungkan sumber mata air dengan penampungan air di desa. Pipo dengan semangat menceritakan idenya kepada Embro namun Embro tidak tertarik dan malah mentertawakan ide Pipo tersebut.

Seperti biasa, Embro mengangkat air dengan menggunakan ember setiap harinya dan mengangkat ember-ember tersebut bolak-balik dari sumber mata air menuju desa. Sementara Pipo memutuskan untuk tetap melakukan apa yang menjadi idenya walaupun harus seorang diri. 

Pipo tetap mengangkat ember setiap harinya, namun Pipo meluangkan waktunya di akhir pekan untuk membuat saluran pipa. Tidak mudah, karena tidak ada hasil apa-apa yang tampak di awalnya, bahkan ada masyarakat di sekitar yang mencemooh apa yang dilakukan Pipo.

Embro sudah mulai dapat menikmati hasil kerja kerasnya. Embro sudah dapat membeli rumah yang lebih besar dan merubah gaya hidupnya dengan pergi ke bar setiap malamnya untuk menikmati hasil kerja kerasnya.

Namun hari berganti hari, tahun berganti tahun. Embro pun semakin bertambah tua dan tubuhnya semakin membungkuk karena ember-ember yang berat yang dibawanya setiap hari. Kini Embro pun tidak dapat membawa ember yang berisi air sebanyak ketika ia masih muda dulu. Sementara Pipo, ia sudah berhasil menyelesaikan saluran pipanya. Kini Pipo sudah dapat menikmati waktunya dan uang terus dapat mengalir masuk karena air terus mengalir dari sumber mata air ke desa tersebut.

Sahabat, Apa yang dilakukan oleh Embro dan Pipo merupakan gambaran bagaimana kita mendapatkan penghasilan kita.

Apakah kita seperti Embro yang menukarkan waktu dan tenaga kita untuk mendapatkan penghasilan? Untuk mendapatkan penghasilan yang semakin besar maka kita harus bekerja semakin keras. Bahkan gambar kapasitas ember yang diperbesar merupakan gambaran kita ketika menerima posisi/tanggung jawab yang lebih tinggi.  Namun hal yang perlu diingat adalah kita memiliki waktu dan tenaga yang terbatas.
Apabila kita bekerja seperti Embro, maka ketika kita semakin tua ataupun ketika kita sakit dan tidak dapat bekerja, maka hilang pula lah penghasilan kita. Berbeda dengan Pipo yang harus bekerja extra pada awalnya dengan tetap mengangkut ember dan juga membangun saluran pipa. Namun di akhir, kita dapat melihat bagaimana kerja keras Pipo membuahkan hasil. Ia tidak harus selalu menukarkan waktu dan tenaganya untuk mendapatkan penghasilan.

Bagaimana dengan setiap kita pada hari ini? Apakah kita seperti Embro yang baru mendapatkan penghasilan ketika bekerja, ataukah kita sudah seperti Pipo atau ingin seperti Pipo yang berhasil membangun saluran pipa pendapatannya dan tidak harus menukarkan waktu dan tenaganya untuk mendapatkan penghasilan?


**Kisah ini diambil dari sebuah video singkat yang dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=nsPXdZULiy4

Tuesday, June 11, 2013

Belajar Seumur Hidup

“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.”(Mahatma Gandhi)

Kutipan ini cukup berarti bagi diri saya. Entah dimulai sejak kapan, namun aku sungguh menikmati apa hal yang disebut dengan "BELAJAR". Awalnya saya sangat tidak suka dengan yang namanya belajar, walaupun saya sangat suka ilmu-ilmu pasti seperti matematika, fisika dan kimia. Dalam pikiran saya belajar itu ya belajar mata pelajaran saya di sekolah, harus menghafal dan diuji lewat ujian. Namun semenjak saya memasuki dunia kerja yang berkecimpung di dunia pendidikan, saya jadi lebih tersadar akan makna "BELAJAR". Saya jadi sadar bahwa saya tidak tahu apa-apa dan harus banyak belajar, dan sampai akhir hidup saya tidak akan cukup waktu bagi saya untuk "BELAJAR" :)

Salah satu hal terpenting yang saya pelajari adalah pentingnya untuk bermimpi dan memiliki tujuan hidup. Orang yang tidak memiliki mimpi seakan seperti kapal yang berlayar tanpa arah tujuan. Menyadari akan pentingnya hal tersebut, saya mulai belajar menuliskan impian-impian saya dan mulai memikirkan cara-cara dan strategi agar saya dapat mewujudkan impian-impian saya.
Sebuah kutipan yang indah mengenai mimpi yang menyatakan  "Hidup adalah sebuah perjalanan, yang ditaburi mimpi, diisi keberanian, dan dinyatakan dalam tindakan". Yang terpenting adalah berani bermimpi dan berusaha mewujudkan impian tersebut. Sayangnya seringkali kita sudah menyerah dulu dan berkata tidak mungkin bahkan ketika kita belum mencoba melakukan apapun.  Seorang teman berkata "Tidak ada yang namanya gagal, yang ada hanyalah belajar". Sebuah kalimat motivasi lain yang cukup menguatkan saya untuk boleh terus berjuang mewujudkan impian saya adalah sebagai berikut:
Kalimat tersebut sangat menginspirasi saya untuk boleh berjuang mewujudkan impian saya dan bukannya impian orang lain. Tentunya saya tidak hanya belajar akan pentingnya mimpi. Beberapa 'guru' yang boleh menginspirasi saya adalah sebagai berikut:

With Miss Merry Riana
Miss Merry cukup menginspirasi saya mengenai kekuatan mimpi dan bagaimana kita harus persistent dan pantang menyerah untuk boleh terus meraih impian kita. Bahkan setelah impian kita terwujud, itu bukan berarti kita sudah boleh berhenti berjuang justru itu saatnya kita mulai membuat impian yang baru dan mulai berjuang untuk mewujudkannya kembali.


With Pak Masagung

Pak Masagung adalah dosen saya di pasca sarjana Ubaya. Beliau cukup menginspirasi saya khususnya dalam hal memikirkan tentang saluran pipa pendapatan kita dan bagaimana agar kita dapat memiliki banyak saluran pipa. Kisah lengkap tentang pipa vs ember ini dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=raSA8ejVHOc
With Prof John Norton, Bu Lisa dan Pak Oscar
Prof John Norton datang ke Universitas Ciputra dan berbagi cerita serta pengalaman bagaimana metode belajar mengajar yang menyenangkan dan dapat diaplikasikan kepada mahasiswa. Beliau sharing juga bagaimana agar kita memiliki engagement/kedekatan dengan mahasiswa.

With Prof Saras dan Bu Lisa
Merupakan sebuah keberuntungan juga boleh belajar dari Prof Saras. Prof Saras berbagi mengenai prinsip efektuasi yaitu pola pikir yang digunakan oleh para entrepreneur sukses dunia. Inti dari prinsip efektuasi ini adalah Bird in Hand (mulai dengan resource yang kita miliki), Affordable Loss, Lemonade Principle, Crazy Quilt dan Pilot in Plane. 

With 'Papa Green'
 'Papa Green' is very great in story telling and public speaking :) Sungguh beruntung bisa bergabung dalam Toastmaster dan ikut workshop 2 hari dari Papa Green ^^ Tagline yang digunakan Papa Green adalah "If you can not tell it, you can not sell it". Intinya ilmu public speaking ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan dan tentunya ini harus dilatih terus seumur hidup. Pembelajaran lain yang menarik adalah "So What!". Kita tidak perlu terlalu pusing dengan kesalahan-kesalahan yang akan kita lakukan, tidak perlu pusing dengan grammar, dll yang pasti harus berani mencoba dan berlatih.

With Gobind Vasdev and FEH Crew
Gobind Vasdev adalah pribadi yang unik dan merupakan 'heart worker'. Beliau pengarang buku Happiness Inside. Beliau menekankan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang akan kita lakukan setiap hari, dan setiap orang yang kita temui adalah 'guru' kita. Banyak hal yang saya dapat pelajari baik lewat buku maupun pribadi beliau.

With Mr Lee
Tidak hanya belajar hal-hal yang bersifat content. Ketika bertemu dengan Mr Lee saya belajar mengenai kehidupan kerohanian dan bagaimana kita harus persistent terhadap panggilan Allah dalam kehidupan kita. Setiap orang dilahirkan ke dunia ini dilengkapi dengan talenta/kelebihan dan bagaimana kita dapat menggunakan talenta yang telah diberikan ini untuk memenuhi panggilanNya:) 

Foto-foto di atas hanyalah 'secuplik' guru-guru yang saya temui dan menginsprasi saya. Saya juga banyak belajar tentunya dari teman-teman di kantor, teman-teman pelayanan dan banyak lagi yang lain. Kalau saya upload fotonya dan bagikan kisahnya, maka tidak akan habis-habisnya saya menulis:)
Sampai hari ini pun saya masih terus belajar dan sampai nantinya saya akan tetap belajar. Terima kasih kepada 'guru-guru' dalam kehidupan yang boleh menginspirasi saya ^^ 

"Tidak mungkin untuk mulai belajar ketika  seseorang berpikir bahwa dia sudah tahu".