Monday, June 29, 2009

Tips menulis Jurnal Ilmiah (part I)

Apakah menulis itu sulit? Pasti banyak pendapat untuk menjawab pertanyaan ini. Mungkin bagi sebagian besar orang (termasuk saya juga), menulis bukanlah hal yang mudah, apalagi menulis karya ilmiah.
Saya cuma sekedar ingin sharing saja, karena saya memang bukan ahli menulis di bidang karya tulis ilmiah, hanya saja sekarang saya memang lagi berkecimpung di dunia tulis menulis yang "berbau" karya ilmiah.
Untuk menulis artikel ilmiah khususnya untuk dimuat di jurnal, penting bahwa artikel yang diteliti merujuk pada sumber-sumber pustaka yang up to date, contoh sumber pustaka yang up to date dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak adalah artikel jurnal. Untuk penelitian yang sulit mendapatkan referensinya mungkin bisa dilakukan wawancara dengan pakar atau juga melakukan penelitian.
Isi dari jurnal pada umumnya sama dengan karya ilmiah pada umumnya, ada abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, tinjauan pustaka, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan referensi.
Abstrak berisi intisari artikel yang ditulis, meliputi ringkasan latar belakang, penekanan tujuan dan rumusan permasalahannya, metode, dan juga kesimpulan. Pada akhir abstrak, penulis juga diminta untuk memberikan kata kunci, yaitu kata yang sering muncul dan menjadi penekanan penelitian/penulisan.
Pendahuluan berisi latar belakang yang menceritakan alasan kita tertarik untuk melakukan penelitian dan penulisan. Selain latar belakang, pendahuluan juga membahas rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Rumusan masalah umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan (namun tidak harus kog), dan berisikan fokus penelitian. Seringkali kita bingung antara tujuan dan manfaat. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai dari penelitian/penulisan, misalnya, tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara x dan y. Sedangkan manfaat ya berbicara mengenai manfaat yang diberikan oleh penelitian/penulisan yang dilakukan, misal penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan kepada x mengenai y.
Rasanya sekian dulu "Tips menulis Jurnal Ilmiah (part I)". Nantikan kelanjutannya dalam "Tips menulis Jurnal Ilmiah (part II)". Sekali lagi saya bukan pakarnya dalam tulis menulis, ini cuma sekedar ingin berbagi ilmu, jika ada hal-hal yang tidak sesuai, dapat dikomentari :) Selamat berkarya.

Never Hate or Love Something too Much


Mungkin judul ini menimbulkan pro dan kontra buat yang membaca.
Apakah itu berarti ketika kita mencintai sesuatu atau seseorang, tidak boleh 100%?


Waktu menulis ini, latar belakangnya itu tiba-tiba saya ingat sama kata-kata bijak yang kalau ngga salah ingat berbunyi "Jangan pernah terlalu mencintai sesuatu, suatu saat mungkin kamu akan sangat membencinya, dan jangan terlalu membenci sesuatu, suatu saat mungkin kamu akan jatuh cinta padanya" (Ada ngga ya kalimat seperti ini???)

Statement jangan terlalu mencintai sesuatu ini tidak berlaku lho untuk hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kalau berbicara soal hubungan dengan Tuhan maka, cintailah Dia dengan segenap hati, hidupmu dan jiwa ragamu intinya all for HIM deh. Namun untuk hal yang berkaitan dengan manusia atau benda, mungkin sedikit berbeda. Untuk kasus jangan terlalu mencintai yang berhubungan dengan manusia saya tidak bisa mensharingkannya untuk umum, nanti bisa-bisa ada yang tersinggung. Kalau yang berhubungan dengan membenci sesuatu sih ada beberapa cerita.

Cerita pertama, pada zaman dahulu kala, aku benci banget yang namanya membaca dan mengarang (sampai sekarang sih sebenarnya, cuma kadar kebenciannya sudah berkurang), eh sekarang justru "terjebak" di pekerjan yang secara ngga langsung membuatku harus banyak membaca dan menulis, tapi aku benar-benar enjoy kog. Dahulu kala, aku juga termasuk orang yang ngga suka bersosialisasi dan belajar (ada ya yang suka belajar?), tapi entah karena apa juga, yang pasti sekarang aku menikmati semuanya itu, belajar bersosialisasi dan berusaha jadi teman yang baik buat teman-temanku, dan juga jadi suka belajar dan bertanya kenapa begini dan kenapa begitu:)

Nah kalau berhubungan dengan belajar maka ini menyambung ke cerita yang kedua, aku dulu itu anti sama yang namanya ilmu ekonomi dan manajemen, karena menurutku itu ilmu yang ngga ada jawaban pastinya, Eh justru aku sekarang studi lanjut di bidang Ekonomi, khususnya manajemen dan aku menikmatinya lho walaupun kadang-kadang ngga juga:).

Cerita yang ketiga, aku kan sudah bilang kalau aku itu ngga suka nulis, eh sekarang malah nanya-nanya temen gimana caranya buat blog dan mulai jatuh cinta sama yang namanya menulis:)
So, the conclusion of my story is, never love or hate something too much. Entah kalian setuju atau tidak, inilah sharingku. Ketika kita terlalu mencintai sesuatu dan kita kehilangan itu, kita bisa menjadi sangat membencinya atau menyesalinya, ketika kita terlalu membenci sesuatu, ada kalanya suatu saat kita akan mencintainya.

Making Changes in Our Life


"When I was a young man, I wanted to change the world. I found it was difficult to change the world, so I tried to change my nation. When I found I couldn't change the nation, I began to focus on my town. I couldn't change the town and as an older man, I tried to change my family. Now, as an old man, I realize the only thing I can change is myself, and suddenly I realize that if long ago I had changed myself, I could have made an impact on my family. My family and I could have made an impact on our town. Their impact could have changed the nation and I could indeed have changed the world.”

Pernahkah kita mencoba untuk menuntut orang lain berubah? Rasanya seringkali kita dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan orang-orang yang ada di sekeliling kita ketika kita merasa apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan keinginan kita (kalau kata kita dirasa kurang tepat, bisa diganti kata saya, karena saya pribadi merasa sering sih melakukannya). Kata-kata bijak yang ada di atas, saya cari waktu saya mau mempersiapkan tugas presentasi bahasa inggris dengan topik "How to create a world peace and live in harmony" . Apakah menurut kalian itu mungkin dunia ini damai? Siapa yang tidak ingin dunia ini damai dan harmonis, ya kan?
Lewat kata-kata di atas saya belajar banyak lho. Sebenarnya bukan hal yang mustahil buat kita mau hidup di dunia yang aman dan tentram, seandainya setiap orang berpikir bahwa itu dimulai dari pribadi kita masing-masing. Ketika kita ngga mau bermusuhan dengan orang, walaupun jengkelnya setengah mati, ya dari kita sendiri yang belajar menahan diri untuk ngga marah-marah. Namun, saya sadar kog, itu hal yang sulit banget untuk kita lakukan.

So at the end of this story, I want to say : Have ur big dream, start it from small thing, start it from urself. Selamat mengubah dunia teman
!